TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan transportasi berbasis aplikasi Go-Jek dibobol oleh empat pengemudi yang merupakan mitranya. Keempat pengemudi tersebut meretas sistem keamanan Go-Jek sehingga bisa melakukan order fiktif.
Baca: Ini Cara Pemerintah Lindungi Data WNI di Startup seperti Go-Jek
Chief Operation Officer (COO) GoJek, Hans Patuwo mengatakan dari order fiktif itu, keempat pengemudi bisa meraup keuntungan hingga Rp 10 juta per hari. Go-Jek sudah melaporkan kasus ini ke polisi.
Perusahaan masih menghitung kerugian akibat ulah empat pengemudi tersebut. "Kerugiannya kami masih dihitung oleh tim penyidik Polda Metro Jaya ya. Mereka (tersangka) punya modus sendiri, secara spesifik saya tidak bisa sharing terlalu banyak," tuturnya pada Rabu, 13 Februari 2019.
Sistem keamanan Go-Jek diretas dengan menyuntikkan software khusus ke dalam telepon pintar para pengemudi tersebut. Selain empat pengemudi nakal, Go-Jek juga menyelidiki mitra lainnya yang berbuat serupa. "Pasti di setiap kota akan melaporkan hal itu dengan pihak kepolisian tertentu. Nanti kalau ada informasi lebih lanjut ya mungkin disampaikan," kata Hans.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Raden Argo Yuwono mengatakan keempat tersangka yang telah membobol aplikasi Go-Jek tersebut berinisial RP, RW, CP dan KA. Argo menjelaskan modus operandi para pelaku yaitu bisa mengoperasikan puluhan akun driver transportasi online agar bisa menerima order penumpang fiktif. "Keempat tersangka ini kami tangkap di Jelambar Jakarta Barat (Selasa 12 Februari 2019)," ujarnya.
BISNIS