TEMPO.CO, Bandarlampung- Kepala Bidang Humas Polda Lampung Komisarid Besar Zahwani Pandra Arsyad meminta agar masyarakat di sekitar lokasi kejadian tidak terbawa isu media sosial sehubungan dengan beredarnya video "Mesuji Berdarah" tentang bentrokan yang menewaskan empat orang Mesuji, Ogan Komering Ilir dan Mesuji, Lampung. "Kapolres Mesuji langsung turun dan meminta agar warga tidak terbawa isu-isu video yang beredar di media sosial," kata dia di Bandarlampung, Rabu malam, 17 Juli 2019.
Polisi akan menyelesaikan kasus itu melalui proses hukum. "Mari kita buat situasi kondusif, saling menjaga dan jangan terbawa emosional, dan jangan terprovokasi tayangan video yang ada di media sosial," kata dia.
Penyebab bentroknya dua kelompok petani yakni Mekar Jaya Abadi KHP Register 45 SBM dan kelompok Pematang Panggang Mesuji Raya itu dilatarbelakangi pembajakan lahan di area seluas setengah hektare, Rabu siang sekitar pukul 14.00 WIB. Bentrokan terjadi di Mekar Jaya Abadi KHP Register 45 SBM berawal dari datang alat bajak milik kelompok Pematang Panggang Mesuji Raya sekitar pukul 11.00.
Alat itu membajak lahan seluas setengah hektare milik Yusuf, 41 tahun, anggota kelompok Mekar Jaya Abadi.
Pembajakan itu kemudian diketahui oleh salah satu warga dari kelompok Mekar Jaya Abadi. Warga memukul kentongan sehingga berkumpul warga setempat dan mengamankan warga yang sedang membajak.
Warga yang mengamankan pembajak itu kemudian menanyakan siapa yang memerintahkan pembajakan lahan. Operator bajak yang disuruh pulang kemudian kembali membawa rekannya dan senjata tajam yang langsung menyerang kelompok Mekar Jaya.
Enam orang Mesuji, Lampung sekarat akibat bacokan dalam bentrokan itu. Tiga yang tewas adalah warga Desa Pematang Panggang Mesuji OKI masing-masing Abdul Roni, Rowi dan Dali. TNI/Polri berusaha memberi pemahaman dan menenangkan warga Pematang agar jangan ada aksi balasan.
ANTARA | PARLIZA HENDRAWAN