Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Cara Mengangkat Batu Situs Stonehenge, Arkeolog: Pakai Lemak Babi

Reporter

Editor

Yudono Yanuar

image-gnews
Monumen Stonehenge di dataran Salisbury, Wiltshire, Inggris. REUTERS/Kieran Doherty
Monumen Stonehenge di dataran Salisbury, Wiltshire, Inggris. REUTERS/Kieran Doherty
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Banyak teori bagaimana peninggalan megalitik Stonehenge di Inggris dulu dibuat, terutama dengan alat apa batu besar seberat 25 ton itu diletakkan di atas batu-batu lain setinggi 4 meter. Stonehenge dibuat sekitar 3.000 tahun Sebelum Masehi.

Baca juga: Beberapa Batu Stonehenge Sudah Ada Sebelum Peradaban Manusia

Beberapa teori menyebutkan, bahwa batu dipasang di puncak batu tegak dengan menggelindingkannya di atas tumpukan kayu bulat sampai teori yang menyebut Stonehenge adalah buatan Alien.

Sebuah penelitian baru yang dilakukan arkeolog Inggris menemukan bahwa kemungkinan batu-batu berukuran raksasa itu digeser menggunakan kereta luncur yang diminyaki lemak babi.

Kesimpulan ini diambil setelah penelitian terhadap sejumlah mangkuk gerabah di sekitar situs, yang semula diduga hanya sebagai alat masak. Arkeolog Lisa-Marie Shillito menyimpulkan bahwa banyak wadah itu mungkin telah digunakan untuk mengumpulkan lemak yang menetes dari daging babi saat dipanggang.

Minyak itu digunakan untuk melumasi kereta luncur yang diyakini sebagian besar arkeolog digunakan untuk memindahkan batu.
"Sampai sekarang, telah ada asumsi umum bahwa jejak lemak hewani yang diserap oleh potongan-potongan tembikar ini terkait dengan memasak dan konsumsi makanan, dan ini mengarahkan interpretasi awal ke arah itu," kata Shillito dalam sebuah pernyataan.

"Tapi mungkin ada hal-hal lain yang terjadi juga, dan residu ini bisa menjadi bukti dari teori kereta luncur yang dilumuri minyak."

Fragmen gerabah itu berasal dari Durrington Walls, sebuah situs dekat Stonehenge tempat para pekerja tinggal saat membangun monumen. Sejak penggalian dimulai pada 1960-an, para arkeolog telah menemukan kombinasi artefak yang membingungkan di situs tersebut, termasuk fragmen tembikar dan sisa-sisa hewan.

Para arkeolog dapat belajar banyak tentang pecahan-pecahan tembikar dengan menganalisis bentuk, ukuran, dan bahan dari mana mereka dibuat. Selama sekitar 30 tahun, para peneliti juga menggunakan teknik yang disebut analisis residu organik untuk menduga apa yang orang-orang kuno masukkan ke dalam wadah.

Dengan melihat jejak senyawa yang tertinggal, termasuk isotop, atau versi berbeda dari unsur-unsur kimia, "kita dapat menentukan jenis makanan apa yang diproses dalam wadah ini," kata Julie Dunne, seorang arkeolog biomolekul di Universitas Bristol Inggris.

Sebuah analisis pada 2018 menyebutkan bahwa sekitar sepertiga wadah gerabah yang ditemukan, digunakan untuk memasak daging babi. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Kami menemukan jumlah lipid dalam pot yang sangat tinggi," kata Dunne, yang tidak terlibat dalam penelitian ini. "Panci itu sendiri cukup besar, dan mereka memiliki sinyal lipid yang tinggi, yang berarti mereka mungkin digunakan untuk memproses banyak produk hewani."

Hanya ada satu masalah dengan kesimpulan studi 2018 bahwa pot digunakan untuk memasak daging babi: tulang babi yang ditemukan di situs tersebut berasal dari hewan yang belum dimasak dalam wadah.

Mayoritas tulang babi yang ditemukan di situs itu hangus bagian ujungnya, menunjukkan mereka terkena api terbuka, dan banyak kerangka ditemukan utuh, demikian hasil penelitian yang muncul di jurnal Antiquity, 15 Juli 2019.

Bagaimanapun, seekor babi utuh tidak bisa masuk ke dalam wadah gerabah. Bukti itu dan bukti-bukti lain membuat Shillito berpendapat bahwa wadah itu bukan untuk memasak makanan tetapi untuk mengumpulkan dan menyimpan lemak babi yang digunakan dalam pembangunan Stonehenge.

Pada 2018, Barney Harris, seorang mahasiswa doktoral arkeologi di University College London, memimpin simulasi teori kereta luncur yang dilumasi minyak. Dia dan relawannya menunjukkan bahwa 10 orang dapat memindahkan 1 ton (0,9 metrik ton) batu dengan kecepatan 1,6 km / jam.

Temuan Shillito "sesuai dengan pengamatan yang tidak dipublikasikan yang dibuat selama percobaan pemindahan batu saya di London," kata Harris kepada Live Science.

Baca juga: Menikmati Wisata Batu Misterius ala Stonehenge di Indonesia

Teori kereta luncur yang diminyaki juga didukung oleh contoh-contoh pekerja dari peradaban lain yang secara mandiri mengembangkan metode serupa. Penggambaran dari Mesopotamia dan Mesir kuno menunjukkan para pekerja yang tampaknya menggunakan pelumas cair untuk memindahkan balok-balok batu besar, dan seorang arkeolog eksperimental yang bekerja di Pulau Paskah menggunakan pepaya tumbuk untuk membantu memindahkan batu-batu besar.

Berita lain tentang Stonehenge dan penelitian arkeologi, bisa Anda simak di Tempo.co.

 LIVESCIENCE | PHYS.ORG

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

2 hari lalu

Wisatawan berkeliling di area teras bawah di situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

Pencabutan publikasi penelitian Gunung Padang didahului investigasi oleh penerbit bersama pemimpin redaksi jurnal.


Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Buntut Pencabutan Artikel Gunung Padang, Fitur Edit Gambar dan Stiker AI WhatsApp, Suara Kontra Arkeolog Asing

3 hari lalu

Wisatawan berkeliling di area teras bawah di situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Buntut Pencabutan Artikel Gunung Padang, Fitur Edit Gambar dan Stiker AI WhatsApp, Suara Kontra Arkeolog Asing

Topik tentang pencabutan artikel Gunung Padang bisa mencoreng nama penulis dan reviewer menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.


Piramida Purba di Gunung Padang, Begini Suara Kontra Arkeolog Asing

4 hari lalu

Lanskap situs megalitik Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat. Facebook/Danny Hilman Natawidjaja
Piramida Purba di Gunung Padang, Begini Suara Kontra Arkeolog Asing

Arkeolog asal Singapura ini lega publikasi laporan penelitian situs Gunung Padang ditarik penerbit jurnal. Sebut kental pseudoarchaeological.


Publikasi Gunung Padang Piramida Tertua di Dunia Dicabut, Penelitinya: Saya Nyaman-nyaman Saja

4 hari lalu

Menhir situs megalitik Gunung Padang yang sudah terlilit akar di Desa Karyamukti, Cianjur, Jawa Barat, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Publikasi Gunung Padang Piramida Tertua di Dunia Dicabut, Penelitinya: Saya Nyaman-nyaman Saja

Dia mengaku nyaman-nyaman saja saat pertama mendengar kepastian laporan penelitian situs Gunung Padang dicabut publikasinya dari jurnal ilmiah.


Rencana Tim Peneliti Situs Gunung Padang Setelah Pencabutan Publikasi dari Jurnal

7 hari lalu

Publikasi hasil penelitian situs Gunung Padang Cianjur yang dicabut dari jurnal ilmiah Wiley Online Library. Istimewa
Rencana Tim Peneliti Situs Gunung Padang Setelah Pencabutan Publikasi dari Jurnal

Tim peneliti situs Gunung Padang akan mengirimkan penelitian yang dicabut Willey Online Library ke jurnal lagi, namun dalam bentuk berbeda.


Arkeolog Situs Gunung Padang Tak Hormati Vonis Pencabutan Laporan dari Jurnal, Kenapa?

7 hari lalu

Situs megalitikum Gunung Padang, Cianjur. TEMPO/DEDEN ABDUL AZIZ
Arkeolog Situs Gunung Padang Tak Hormati Vonis Pencabutan Laporan dari Jurnal, Kenapa?

Tim peneliti Gunung Padang sedang berkoordinasi apakah akan menempuh mekanisme pengaduan ke komite etik yang mewadahi jurnal internasional.


Publikasi Ilmiah Situs Gunung Padang Dicabut dari Jurnal, Ini Alasannya

8 hari lalu

Wisatawan mengunjungi teras bawah situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. Saat ini, wisatawan hanya diperkenankan mengunjungi teras punden berundak paling bawah. TEMPO/Prima Mulia
Publikasi Ilmiah Situs Gunung Padang Dicabut dari Jurnal, Ini Alasannya

Wiley Online Library mengumumkan mencabut publikasi artikel ilmiah berisi hasil penelitian situs megalitik Gunung Padang di Cianjur dari jurnalnya.


Peneliti UI Datangi Lokasi Temuan Batu Berlapis Dikira Situs Kuno di Rejang Lebong

24 hari lalu

Batu berlapis yang ditemukan di Desa Kampung Melayu, Kecamatan Bermani Ulu, Kabupaten Rejang Lebong. ANTARA/HO-Diskominfo Rejang Lebong
Peneliti UI Datangi Lokasi Temuan Batu Berlapis Dikira Situs Kuno di Rejang Lebong

Tim peneliti UI bergabung dengan peneliti dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VII Bengkulu-Lampung


Arab Saudi Temukan Ribuan Artefak pada Awal Periode Islam

52 hari lalu

Pengunjung melihat koleksi museum di Museum Almoudi, Mekkah, Arab Saudi, Jumat 28 Oktober 2022. Museum tersebut berisikan berbagai properti peradaban dan perlengkapan hidup sehari- hari masyarakat Arab di zaman dulu. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Arab Saudi Temukan Ribuan Artefak pada Awal Periode Islam

Di antara temuan arkeologi itu adalah artefak-artefak dari Masjid Usman bin Affan pada abad ke 7 hingga ke 8 sebelum masehi


6 Drakor Tentang Sendok Emas, Benda Ajaib dalam Kebudayaan Korea

17 Januari 2024

The Golden Spoon. Dok. Disney+ Hotstar.
6 Drakor Tentang Sendok Emas, Benda Ajaib dalam Kebudayaan Korea

Dalam drakor ini, sendok emas tak hanya menjadi objek materi, namun juga mengubah hidup para karakter utama, menjadi lebih penting.