TEMPO.CO, Jakarta - Rencana pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan diperkirakan secara tak langsung bakal menimbulkan gejolak di pasar properti khususnya terhadap ibu kota semula yakni Jakarta.
Associate Director Paramount Land Muhammad Nawawi menyebutkan, kalangan pasar merespons pernyataan Presiden Joko Widodo atau Jokowi tentang ibu kota baru di Sidang Tahunan Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah pada Jumat pekan lalu. Meski belum ditentukan lokasi pastinya, namun dinilai bakal membawa keuntungan dan kerugian buat sektor properti.
Nawawi menjelaskan, keputusan presiden untuk memindahkan ibu kota adalah keputusan tepat, namun tidak yakin bisa segera selesai dalam waktu singkat. Dampaknya ke pasar properti di Jakarta diperkirakan akan terlihat langsung di bidang pemerintahan, bisnis, atau industri.
"Kalau orang-orangnya pindah ke sana (Kalimantan), aktivitas properti di sini (Jakarta) akan berkurang," ujar Nawawi, Ahad, 18 Agustus 2019. Ia memperkirakan properti di Jakarta bakal dijual dan nilainya turun.
"Dampaknya ke value tanah, dari per lokasi akan bergetar, entah ke atas atau ke bawah. Harga propertinya juga akan terpengaruh," kata Nawawi.
Dengan itu, penjualan pengembang juga dikatakan akan terpengaruh karena sentimen penjualan properti tak diikuti oleh ramainya pembeli. "Dalam jangka panjang, pengembang besar banyak bangun ribuan hektare itu perlu waktu 30-40 tahun, butuh banyak masyarakat dan bisnis yang terlibat. Kalau targetnya 7 atau 10 tahun saja saya enggak yakin."