TEMPO.CO, Jakarta - Para reviewer memang bermunculan di platform digital dalam beberapa tahun terakhir. Sejumlah bidang yang populer digeluti oleh para pengulas adalah tata rias, kuliner, tujuan wisata, dan gawai. Salah satu yang terhitung baru adalah menjadi pengulas hotel. Mereka menginformasikan segala seluk-beluk hotel atau penginapan, dari soal fasilitas, harga, hingga menu sarapan.
Para pengulas hotel biasanya memilih spesifikasi hotel masing-masing. Ada yang memfokuskan diri pada penginapan murah, ada pula yang lebih senang membicarakan hotel berbintang tiga sampai bintang lima. Salah seorang pengulas hotel berbintang adalah Kevin Helmy, 22 tahun. Ia cukup dikenal di platform Instagram dengan pengikut berjumlah 73,6 ribu per 21 Agustus 2019. Ia memakai nama Kepin Helmy di Instagram dengan alasan agar masyarakat mudah menemukannya dibanding memakai nama Kevin.
Baca Juga:
Kevin memilih segmen hotel bintang tiga sampai lima karena, menurut dia, penonton Indonesia lebih menyukai konten hotel yang murah sekali atau mahal sekali, dan Instagramable. Sebagai orang yang memiliki dasar fotografi, ia juga tak harus mengeluarkan upaya ekstra dalam mengambil foto hotel berbintang lima. "Kalau di bawah bintang tiga, saya repot menghasilkan foto yang bagus. Harus berpikir ekstra," katanya, Rabu pekan lalu.
Ulasan sejumlah hotel bintang lima di Jakarta sudah pernah ia unggah, seperti Hotel Kempinski, Hotel Pullman, dan Hotel Ayana Midplaza. Setiap bulan setidaknya lima undangan datang kepadanya. Namun rata-rata ia menerima permintaan ulasan untuk dua undangan saja. "Saat menginap di Kempinski itu keren sih. Bathtubnya mengarah ke Bundaran HI gitu," ujar Kevin, yang sudah mengulas hotel di sejumlah tempat di Pulau Jawa dan di luar Jawa.
Sebelum berfokus menginformasikan layanan hotel, Kevin mengunggah tayangan tempat-tempat wisata. Lalu undangan dari sebuah hotel menghampirinya. Sejak itu, dia memutuskan menjadi hotel reviewer. Pengikut akunnya pun melonjak.
Tak hanya menunggu diundang, Kevin juga mengirim proposal ke sejumlah hotel. Ia juga bercerita pernah menolak kerja sama dengan sejumlah hotel. Ini lantaran hotel tersebut hanya memberi kesempatan menginap selama semalam. "Saya biasa minta dua malam agar mengerjakan video dengan tidak terburu-buru," ucap Kevin.
Selain di Instagram, ia menulis di blog pribadi. Bisa juga penulisan dilakukan di dua platform tersebut sesuai dengan kesepakatan dengan pihak pengundang. Biasanya, ia dibayar menggunakan voucher menginap sebesar Rp 2 juta. Voucher itu kemudian ia jual kembali. "Memang penghasilan saya dari endorsement produk lebih besar," kata Kevin.
KORAN TEMPO