TEMPO.CO, Pekanbaru - Akibat terganggunya jadwal penerbangan di Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru karena kabut asap, penumpang pesawat harus menderita risiko tambahan. Sebab, penumpang tidak mendapat kompensasi dari maskapai atau pengelola bandara, sehingga harus membayar biaya hidup selama bertahan di Riau sendiri.
Penumpang Citilink rute Pekanbaru-Batam dan transit menuju Batam-Pontianak, Herdiyan Syah mengatakan dia diberikan opsi oleh maskapai, apakah mengambil refund atau mengatur ulang jadwal terbang ke 24 September 2019 mendatang.
Herdiyan berasal dari Pontianak Kalimantan Barat. Dia datang ke Pekanbaru untuk perjalanan dinas guna menghadiri pertemuan ilmiah tahunan Dokter Ahli Bedah Indonesia.
"Tadi saya dikasih opsi kalau penerbangan Pekanbaru-Batam belum ada kepastian bisa terbang atau tidak, jadi pilihannya ambil refund atau nunggu tanggal 24 nanti bisa terbang lagi, dan itu juga tidak bisa dipastikan," katanya kepada Bisnis, Ahad 22 September 2019.
Dia mengaku akibat batal terbang ini, banyak kerugian yang harus dideritanya selama tetap bertahan di Pekanbaru akibat kabut asap ini. Misalnya harus membayar biaya makan dan juga penginapan tambahan secara pribadi, sampai ada jadwal pasti penerbangan ke Batam.
Menurut Herdiyan, harusnya kondisi seperti ini dikabarkan oleh maskapai kepada penumpang lebih cepat. "Saya menunggu jadwal terbang jam11.30 WIB, sampai pukul 13.00 WIB belum ada juga kepastian padahal kondisi
kabut asap ini kan bisa diperkirakan lebih cepat," katanya.
BISNIS