TEMPO.CO, JAKARTA - Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan telah beroperasi penuhnya palapa ring atau infrastuktur dasar serat optik internet di seluruh kabupaten yang ada di Indonesia jadi modal baik perkembangan dunia digital Tanah Air. Sebab, selama ini penetrasi ekonomi digital hanya berpusat di Jakarta saja.
“Tugas pemerintah kan menyiapkan infrastruktur, dengan ini perusahaan digital bisa meningkatkan ekspansinya, termasuk inklusi keuangan,” kata Rudiantara, Senin 14 Oktober 2019.
Kemarin, pemerintah secara resmi mengoperasikan proyek Palapa Ring. Hal ini menyusul rampungnya pembangunan proyek Palapa Ring di bagian Indonesia Timur yang menjadi rangkaian paket ketiga yang dibagi berdasarkan tiga wilayah Indonesia. Proyek bernilai lebih dari Rp 7 triliun dibangun sejak 2015 silam.
Rudiantara tak menampik, meski ekonomi digital dikenal sebagai bisnis yang tak kenal jarak ataupun waktu, tetap saja penetrasinya takkan merata jika koneksi internet tak ada. Adapun, permasalahan inklusi keuangan menjadi salah satu topik hangat dibahas saat ini. Berdasarkan survei Bank Dunia prosentase warga negara Indonesia yang memiliki akses keuangan hanya 36 persen dari sekitar 250 juta jiwa pada 2014.
Buruknya, inklusi keuangan dinilai bisa berdampak buruk terhadap minimnya ekspansi industri keuangan yang bisa memberikan produk berguna bagi masyarakat seperti tabungan, asuransi, hingga investasi. Promosi gila-gilaan yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan, Kementerian Keuangan, Bank Indonesia dengan infrastruktur terbatas untuk meningkatkan rasio inklusi keuangan menjadi 75 persen di tahun 2019 pun tak tercapai.
Otoritas Jasa Keuangan pun sudah angkat tangan target tersebut takkan tercapai. Wakil Ketua Dewan Komisoner OJK Nurhaida mengatakan Inklusi keuangan tahun ini hanya akan mencapai 65 persen. Namun menurutnya, peningkatan inklusi keuangan Indonesia cukup baik dibandingkan negara-negara lain di Asia Pasifik. “Kami dorong agar fintech bisa berekspansi jika infrastruktur internet sudah bagus,” kata Nurhaida.
Saat ini ada 127 entitas fintek yang terdaftar di OJK. Hanya dengan mengandalkan penetrasi yang berpusat di Jakarta dan sekitarnya saja realisasi pendanaan di segmen pinjaman terus bertumbuh. Melansir data Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) hingga Agustus 2019 sudah ada pendanaan hingga Rp 32 triliun. Angka tersebut bertumbuh dari realisasi sepanjan tahun lalu sebesar Rp 22,66 triliun.
Ketua Harian Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama indonesia Kuseryansyah mengatakan Palapa Ring akan jadi modal bagus untuk meningkatkan penetrasi. Sebab, kebanyakan pemain Fintech memang mengincar segmen yang tak tersentuh industri perbankan yakni kalangan pengusaha mikro dan kecil. “Fintech kan nyawanya di internet,” kata dia.
Secara angka, potensi inklusi keuangan di Indonesia memang sangat besar. Untuk sektor UKM misalnya, Kepala Eksekutif Tokopedia William Tanuwijaya mengatakan tahun ini entitasnya sudah sudah menggandeng 6,4 juta mitra UKM di 96 persen dari 500 kota dan kabupaten di Indonesia. “Dengan pembangunan infrastruktur pemerintah, kami targetkan 10 tahun mendatang kami bisa berkontribusi lima persen dari ekonomi Indonesia,” kata William.
Tak ketinggalan dengan Gojek. Melalui anak usahanya Mapan, hingga pertengahan tahun lalu, tak kurang dari dua juta ibu-ibu yang tergabung dalam platform arisan digital. Berbagai transaksi yang dilakukan diplatform tersebut terintegrasi dengan sistem pembayaran Gojek yakni Gopay. “Justru lebih banyak transaksi dari Mapan daripada pengguna organik GoPay loh,” kata Head of Corporate Communications GoPay Winny Triswandhani.