TEMPO.CO, Jakarta - Dunia hiburan Korea Selatan kembali berduka. Penyanyi dan aktris Korea Selatan Sulli ditemukan tewas di rumahnya, pada Senin 14 Oktober 2019. Jenazah Sulli, mantan anggota f(x), ditemukan di rumahnya oleh sang manajer di Seongnam, provinsi Gyeonggi. Hingga kini, masih dilakukan upaya penyelidikan lebih lanjut.
Sulli dikenal sebagai aktris yang bersikap terbuka dan memperjuangkan hak-hak perempuan setelah ia mengalami perundungan dalam jaringan (cyberbullying). Usai debut pada 2005, Sulli bersinar bersama f(x) pada 2009 kemudian menjadi salah satu girl group K-pop papan atas dunia.
Sully menangguhkan karir bernyanyi pada 2014 setelah berjuang melawan perundungan online, kemudian fokus pada dunia akting. Sulli yang aktif di media sosial juga membawakan acara televisi yang menampilkan diskusi selebritas mengenai perundungan di media sosial. Kematian Sulli yang mengejutkan membuat sejumlah acara hiburan di Korea Selatan ditunda.
Seperti bullying atau perisakan biasa, cyberbullying juga harus terus diperangi. Cyberbullying pun bisa dialami semua kalangan, termasuk tokoh publik sekalipun. Sebagai orang tua, Anda memiliki tanggung jawab yang besar, dalam mengontrol cara anak untuk menggunakan internet serta perangkatnya. Bukan tak mungkin, anak Anda juga terlibat sebagai pelaku cyberbullying.
Cyberbullying adalah penyalahgunaan internet untuk melecehkan, mengancam, mempermalukan, dan mengejek orang lain. Tidak seperti bullying atau perisakan fisik maupun verbal, cyberbullying tidak membutuhkan pertemuan tatap muka, serta tanpa melibatkan kekuatan fisik. Cyberbullying adalah tindakan perisakan yang bisa dilakukan semua orang, asal mereka memiliki koneksi internet serta perangkat seperti telepon pintar. Orang yang melakukan cyberbullying bisa bersifat anonim, sehingga mereka kerap tak memiliki rasa khawatir untuk teridentifikasi.
Tindakan cyberbullying juga bisa terjadi 24 jam atau sepanjang waktu. Selain itu, sebagai dampaknya, korban akan terus mengalami perisakan di berbagai tempat, tidak hanya di dunia maya, melainkan juga kehidupan nyata. Perisakan siber atau cyberbullying dapat dilakukan semua umur, termasuk anak laki-laki maupun anak perempuan. Anak laki-laki lebih sering melakukan cyberbullying melalui aktivitas sexting, atau dengan cara mengirimkan ancaman fisik. Di sisi lain, anak perempuan melakukan cyberbullying dengan melontarkan kebohongan, gosip, dan rumor, atau menyebarkan rahasia orang lain.
Walau begitu, salah satu yang kerap terjadi adalah, para pengguna internet bisa bertukar peran dalam perisakan siber. Di satu waktu mereka bisa menjadi korban cyberbullying, tapi ada pula risiko mereka untuk menjadi pelaku perisakan siber.
Bukan tak mungkin, putra putri Anda menjadi pelaku cyberbullying dan melecehkan orang lain di internet. Terlebih, anak-anak saat ini, generasi Z yang dikenal mahir dengan internet dan perangkat aksesnya.
Sulli Choi Jin Ri
Berikut ini ajakan yang bisa Anda sampaikan pada anak-anak, dalam mengajarkan mereka etika di media sosial, serta mencegah agar tidak menjadi pelaku cyberbullying.
1. “Perlakukan orang sebagaimana kamu ingin diperlakukan”
Sampaikan kepada anak-anak, aturan ini berlaku di kehidupan nyata, maupun di dunia maya. Dorong anak untuk senantiasa bertanya pada diri sendiri, mengenai efek yang akan mereka rasakan, apabila menerima pesan-pesan negatif dari orang lain.
Apabila timbul masalah dalam lingkungan pertemanan mereka, ingatkan anak untuk menerapkan pentingnya diskusi sehat. Sampaikan bahwa konfrontasi dengan ujaran negatif di jejaring sosial bukanlah solusi dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.
2. “Saring sebelum sharing”
Ajarkan Buah Hati untuk senantiasa berhati-hati dalam mengirimkan pesan, maupun berkomentar melalui media dan jejaring sosial. Anak-anak harus diingatkan, begitu mereka mengklik tombol “kirim”, akan sulit untuk menarik hal yang telah diucapkan tersebut.
Sampaikan pula, untuk berhati-hati dalam mengirimkan candaan kepada penerima pesan. Sebab, ada kalanya penerima pesan memiliki persepsi yang berbeda dalam memandang candaan yang dikirimkan. Misalnya, anak Anda mungkin belum memahami bahwa komentar mengenai fisik seseorang, sebaiknya tidak lelucon. Terlebih bagi orang lain, komentar itu dapat menjadi sangat menyakitkan.
3. “Hanya kirimkan pesan-pesan yang positif”
Dorong buah hati Anda untuk selalu menyaring isi pesan yang hendak disampaikan. Ingatkan mereka untuk tidak mengirimkan kata-kata kasar, tidak sopan, sindiran, hingga kebohongan seperti hoaks, rumor, dan gosip. Anda disarankan untuk memperkenalkan cyberbullying beserta dampaknya, serta mengajarkan mereka untuk merespons aksi perisakan tersebut.
4. “Jangan ikuti teman yang melakukan bully”
Adanya grup chat mungkin menjadi daya tarik bagi Si Kecil, dalam mengakses aplikasi jejaring sosial. Anak mungkin tidak menjadi pelaku cyberbullying. Namun bukan mustahil, perilaku tersebut menular dari teman-temannya yang lain. Sampaikan kepada si kecil, apabila percakapan bersama teman-temannya sudah mengarah ke perisakan siber, bicarakan kepada Anda sebagai orang tua. Seperti bullying atau perisakan biasa, cyberbullying juga harus terus diperangi. Cyberbullying pun bisa dialami semua kalangan, termasuk tokoh publik sekalipun.
Sebagai orang tua, Anda memiliki tanggung jawab yang besar, dalam mengontrol cara anak untuk menggunakan Internet serta perangkatnya. Sebab, bukan tak mungkin, anak Anda juga terlibat sebagai pelaku cyberbullying.