TEMPO.CO, Jakarta - Kepala pro-independen Katalunya, Quim Torra, pada Sabtu, 19 Oktober 2019, menyerukan agar dilakukan dialog antara masyarakat Katalunya dengan pemerintah pusat Spanyol. Dialog ini demi mengakhiri gelombang unjuk rasa yang dipicu pemenjaraan para pemimpin separatis Katalunya.
“Kekerasan tidak akan pernah menjadi cara kami,” kata Torra, seperti dikutip dari reuters.com.
Seorang perwira polisi anti huru hara membawa senjata selama pemogokan umum Catalonia, di Barcelona, Spanyol, 18 Oktober 2019. Dalam aksi tersebut, mengakibatkan 46 petugas polisi terluka, dan 33 orang ditangkap pihak berwenang. REUTERS/Jon Nazca
Menurut Torra, kekerasan tidak merefleksikan perdamaian dari gerakan kemerdekaan Katalunya. Untuk itu, pihaknya mendesak agar Perdana Menteri sementara Spanyol duduk bersama melakukan negosiasi.
Sekitar 300 orang saat ini sudah ditahan akibat sejumlah bentrokan yang meletup pada Senin, 14 Oktober 2019 atau persisnya saat Mahkamah Agung menjatuhkan putusan sembilan tahun penjara pada bebarapa pemimpin separatis Katalunya.
Menteri Dalam Negeri Spanyol sementara, Fernando Grande-Marlaska, menyalahkan separatis Katalunya atas kekerasan yang terjadi. Dia mengatakan aparat keamanan sudah sesuai aturan saat menghadapi bentrokan.
“Situasi saat ini sudah dalam kendali. Ini diorganisir secara serius, namun saya tekankan bahwa kami tidak kewalahan,” kata Grande-Marlaska.
Sebelumnya pada Jumat, 18 Oktober 2019, Barcelona menghadapi unjuk rasa terburuk dalam beberapa dekade terakhir. Unjuk rasa itu berakhir ricuh dimana para demonstran menutup jalan dengan membakar tong sampah dan melemparkan baru ke arah aparat keamanan, yang dibalas dengan menembakkan gas air mata dan granat asap.
Katalunya adalah wilayah semi-otonomi dengan 7,5 juta jiwa. Mereka memiliki bahasa sendiri, parlemen dan bendera sendiri. Katalunya adalah wilayah paling kaya di Spanyol dan ibu kota Barcelona telah menjadi kota terbesar kedua di Spanyol dengan mengundang jutaan turis setiap tahunnya.