Tempo.Co, Jakarta - Bekas Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan ikut mengomentari rencana pemerintah menunjuk Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sebagai pejabat perusahaan pelat merah. Dalam tulisan di laman pribadinya, disway.id, Dahlan sempat melontarkan sebuah pertanyaan soal isu tersebut.
"Apakah BTP itu orang berprestasi? Sehingga akan ditempatkan di salah satu BUMN?" tulis Dahlan, Sabtu, 16 November 2019. Pertanyaan itu menyambung pernyataan awal Dahlan dalam tulisannya bahwa orang berprestasi cenderung sukses ditempatkan di mana pun. Ia mengatakan kesimpulan itu datang dari pengalaman panjangnya 30 tahun menggeluti dunia manajemen.
Menurut Dahlan, rencana penunjukkan Ahok sebagai pejabat di BUMN adalah langkah yang sangat baik, bila bekas Gubernur DKI Jakarta memang dianggap sebagai orang berprestasi. Terlepas siapa pun Ahok, bagaimana latar pendidikannya, hingga perjalanan karirnya.
"Bagaimana kalau ada penilaian BTP itu hanya berprestasi dalam membuat kehebohan? Terserah yang menilai dan yang diberi nilai," kata Dahlan. Tapi, kalau begitu, menurut dia, maka penempatan Ahok di BUMN adalah sebuah perjudian. Ia pun mempertanyakan apakan BUMN adalah perusahaan yang layak diperjudikan.
Ihwal pertanyaan itu, Dahlan mengatakan semua itu akan kembali kepada sikap sang pemilik perseroan, alias pemerintah. "Mungkin saja sang pemilik menilai BTP itu orang yang berprestasi, perusahaan itu ditentukan sepenuhnya oleh pemegang saham mayoritasnya."
Masih dalam tulisan yang sama, Dahlan mempertanyakan mengapa isu tersebut sudah membuat heboh. Padahal isu tersebut masih di tingkat rencana, dengan fakta bahwa Ahok telah dipanggil Menteri BUMN Erick Thohir dan pernyataan bekas Bupati Belitung Timur tersebut bahwa ia dipanggil untuk ditempatkan di salah satu BUMN.
"Belum ada indikasi di BUMN mana juga belum jelas sebagai apa. Masih banyak fakta yang harus saya lihat. Untuk bisa berkomentar lebih panjang," kata Dahlan. Kendati demikian, ia mewanti-wanti bahwa ada prinsip yang harus dipegang, bahwa perusahaan perlu ketenangan. Ia mengatakan suatu perusahaan tidak bisa maju kalau hebohnya lebih besar ketimbang kerjanya.
Sebelumnya, dua sumber Tempo di internal Kementerian BUMN membenarkan soal rencana pengangkatan Ahok sebagai komisaris utama Pertamina. Rencananya, Ahok resmi menjabat Komisaris Utama Pertamina menggantikan Tanri Abeng pada akhir November ini.
Kabar Ahok akan menjadi komisaris utama Pertamina itu merebak setelah bekas Gubernur DKI Jakarta itu datang memenuhi undangan Erick Thohir. Dalam pertemuan selama satu setengah jam itu, Ahok mengaku banyak berdiskusi dengan Erick seputar perusahaan BUMN.
Sebelum meninggalkan Kementerian, Ahok menuturkan dirinya diminta terlibat di salah satu perusahaan pelat merah. Ia pun menerima tawaran itu.
Namun, Ahok mengaku tidak tahu soal jabatan untuknya. "Jabatannya apa dan BUMN mana, saya tidak tahu, silakan tanya ke Pak Menteri," ucap Ahok, Rabu, 13 November 2019.
CAESAR AKBAR | EKO WAHYUDI | VINDRY FLORENTIN