TEMPO.CO, Palembang - Ratusan mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya atau Unsri, Palembang, Sumatera Selatan didorong menjadi pengusaha perusahaan rintisan (start up) berbasis teknologi terkini seperti Nadiem Makarim merintis Gojek. Menurut Dekan Fakultas Teknik, Subriyer Nasir, para mahasiswa dan alumni tidak lagi didorong untuk menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) melainkan dengan menjadi seorang Technopreneur berbasis Teknologi dan Informasi.
"Kami menyiapkan mata kuliah technopreneur, juga ada dukungan software open source," katanya, Senin, 18 November 2019.
Ditemui seusai membuka kampanye edukasi software Open Source dengan tema “Sosialisasi Implementasi Open Source di Perbankan dan Bisnis” di Universitas Sriwijaya, Subriyer menambahkan mahasiswanya tidak boleh hanya menjadi penonton. Mereka, katanya, harus ikut menjadi pemain dalam era persaingan berbasis TI dan digitalisasi.
Di hadapan ratusan mahasiswanya, dia meminta mencontoh pendiri Gojek Nadiem Makarim yang sukses sebagai pengusaha berbasis teknologi dan internet hingga saat ini menjadi seorang menteri.
PT. Equnix Business Solutions menghadirkan inisiatif kampanye edukasi kepada mahasiswa di kota Palembang tentang solusi software Open Source. Kampanye tersebut diharapkan bisa meningkatkan kompetensi mahasiswa di era disrupsi.
Julyanto Sutandang, CEO PT. Equnix Business Solutions mengatakan Kampanye edukasi software Open Source kali ini menjadi yang pertama diselenggarakan di pulau Sumatera. Sumatera dianggap penting karena menjadi domisili perusahaan rintisan terbanyak kedua setelah pulau Jawa dengan porsi 11,53 persen dari 2.079 perusahaan rintisan di Indonesia menurut data dari 1000startupdigital.id.
"Pengetahuan tentang software Open Source tentunya akan berguna bagi para mahasiswa untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia yang dibutuhkan perusahaan rintisan," katanya.
Ia menambahkan di era disrupsi dan Revolusi Industri 4.0 saat ini, lingkungan bisnis menghadapi banyak perubahan yang membutuhkan kecepatan dalam merespon, menyikapi maupun menjawab perubahan tersebut.
Kian pesatnya pertumbuhan perusahaan rintisan (startup) teknologi yang didorong oleh program Gerakan Nasional 1000 Startup Digital oleh pemerintah telah meningkatkan kebutuhan tenaga kerja di bidang Teknologi Informasi (TI).
Menurut 1000startupdigital.id, Indonesia memiliki 2.079 perusahaan rintisan yang menempatkan Indonesia di posisi ke-5 dunia setelah Kanada. Namun terjadi kesenjangan karena tingginya kebutuhan tenaga ahli TI tersebut tidak dapat seluruhnya dipenuhi sehingga banyak perusahaan teknologi yang merekrut tenaga ahli dari luar negeri.
Julyanto mengatakan Open Source lebih banyak diadopsi oleh negara maju, karena memberikan keuntungan yang sangat besar, efisiensi tinggi, dan mengurangi biaya riset yang mahal. Dia berharap Indonesia tidak ketinggalan. Karena itu, Indonesia harus menguasai Open Source agar dapat sejajar dengan negara maju lainnya di masa mendatang.
Ia menambahkan bahwa saat ini software Open Source masih menjadi pilihan alternatif. Namun di masa mendatang software Open Source akan diadopsi menjadi solusi utama, sehingga jika tidak dimulai dari sekarang maka akan sangat terlambat mempelajari software Open Source.
PARLIZA HENDRAWAN