TEMPO.CO, Jakarta- Hasil penilaian kinerja penelitian perguruan tinggi yang dikeluarkan Kementerian Riset dan Teknologi/ Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) periode 2016-2018 menunjukkan banyak perguruan tinggi swasta (PTS) yang sadar untuk meningkatkan mutu pendidikannya.
Menurut Menristek/ Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro penilaian tersebut menjadi kabar baik bagi dunia pendidikan.
“Artinya mereka (PTS) sadar bahwa menjadi perguruan tinggi yang lengkap itu tidak hanya pendidikan saja, tidak hanya belajar mengajar saja, tapi seperti perguruan tinggi umumnya di dunia yang memiliki aspek penelitian,” ujar Bambang di Gedung BPPT II, Jakarta Pusat, Selasa, 19 November 2019.
Penilaian kinerja penelitian perguruan tinggi dilakukan berdasarkan data yang sudah dikumpulkan oleh masing-masing perguruan tinggi di Sistem Informasi Manajemen Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat atau Simlitabmas.
Komponen yang dievaluasi meliputi sumber daya penelitian 30 persen, manajemen penelitian 15 persen, iuran atau output 50 persen, dan revenue generating 5 persen. Berdasarkan analisis terhadap data yang telah diverifikasi, terdapat 47 perguruan tinggi yang masuk dalam kelompok mandiri, 146 kelompok utama, 479 kelompok madya dan 1305 kelompok binaan.
“Yang masuk dalam klaster mandiri banyak yang dari PTS. Karena jika kita sebut sebagai world class ranking itu punya aspek penelitian yang tidak kalah penting dibandingkan pengajaran, ditambah pengabdian masyarakat,” kata Bambang. “Jadi kita melihat PTS di Indonesia semakin sadar untuk terus meningkatkan reputasinya sampai mereka bersaing dengan perguruan tinggi negeri.”
Bambang mengatakan bahwa selain dinilai dari segi pendidikan dan pengabdian masyarakat, penilaian juga dilakukan dari segi penelitian. Perguruan tinggi yang sudah mengirimkan datanya, kata Bambang, dihitung berdasarkan kinerja tiga tahunan, dan dibandingkan dengan tiga tahun sebelumnya, dan hasilnya memiliki perkembangan yang cukup baik.
Karena yang klaster mandiri naiknya cukup jauh menjadi 47 perguruan tinggi dibandingkan periode 2013-2015 yang hanya 25 perguruan tinggi. “Dan cukup banyak yang dari PTS, artinya PTS mulai memberikan perhatian serius terhadap penelitian,” kata Bambang.
PTS yang masuk dalam 47 tersebut di antaranya Universitas Islam Indonesia, Universitas Mughammadiyah Surakarta, Universitas Kristen Satya Wacana, Universitas Telkom, Universitas Bina Nusantara, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Halu Oleo, Universitas Kristen Indonesia Atma Jaya, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Tarumanagara, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Universitas Katolik Parahyangan, Universitas Gunadarma, Universitas Pancasila dan Universitas Kristen Petra.
“Satu lagi saya lupa, PTS ini berarti mulai mengembangkan pasca sarjana. Karena basis dari penelitian itu biasanya pasca sarjana. Nah pasca sarjana hanya akan muncul kalau perguruan tinggi sudah kuat di pendidikan sarjananya. Jadi ada tahapan dari sarjana, pasca sarjana kemudian masuk ke penelitian,’ tutur Bambang.