TEMPO.CO, Jakarta - Tak sedikit masyarakat yang mengira bahwa berciuman dapat menyebabkan HIV/AIDS. Namun, benarkah demikian? Spesialis kulit dan kelamin Hanny Nilasari pun mencoba menjelaskannya.
Ia mengatakan bahwa ciuman memiliki beberapa tahap, pertama adalah ciuman pipi. Menurut Hanny, ciuman pipi berarti pasangan melakukan kontak antar kulit. Dengan demikian, risiko HIV/AIDS pun hampir dikatakan tidak ada.
“Ini sama halnya dengan bersalaman. Anda bisa berjabat tangan tapi tidak tertular HIV/AIDS karena kontak dilakukan hanya antarkulit saja,” katanya.
Sedangkan pada tahap ciuman berikutnya, yakni melalui bibir, risiko yang awalnya tidak ada menjadi ada, namun tidak begitu tinggi jika ciuman dilakukan pada bibir bagian luar.
“Risiko HIV/AIDS menjadi nol koma nol, nol persen (dua desimal) karena walaupun di bibir masih bagian tepi luarnya saja,” ungkapnya.
Untuk tahap ciuman tertinggi yakni french kiss, Hanny mengatakan bahwa risikonya paling besar alias satu desimal. Ini disebabkan oleh terlibatnya air liur dalam proses ciuman.
Baca Juga:
“Kita harus tahu bahwa HIV/AIDS hanya terjadi lewat pertukaran cairan tubuh. Jadi selama ciuman tidak melibatkan air liur, tidak akan berisiko HIV/AIDS,” jelasnya.