Isteri Orang: Perjalanan Panjang seorang ayah Endah.
Sebuah film sederhana tentang hal yang tidak sederhana. Dirmawan Hatta dan tim Tumbuh Sinema Rakyat yang menggugat dalam diam.
ISTERI ORANG
Sutradara : Dirmawan Hatta
Skenario : Dirmawan Hatta
Pemain : Endah Sriwahyuni, Moh.Erfandi, Suhrawi, Abdul Fitrah
Produksi : Tumbuh Sinema Rakyat
Seorang Endah di penghujung timur pulau Jawa, seorang perempuan di Kepulauan Kangean. Endah berbicara pada kita melalui sebuah narasi di dalam diam. Lelaki demi lelaki menentukan nasibnya. Bapaknya yang begitu saja menjodohkannya dengan anak orang kaya di kampungnya, dan si bapak kaya ini juga setuju saja karena si putranya itu selama ini tak punya tujuan hidup selain berjoget, selfie dengan kerbau dan mengendarai motor besar dengan sejumlah cewek dengan bunyi mesin yang meraung-raung. Menikah dengan Endah (Endah Sri Wahyuni), bagi kedua bapak, akan sangat menguntungkan. Bapak Endah akan lebih terjamin hidupnya dengan memiliki besan kaya; sedangkan Bapak Suhrawi merasa barangkali saja puteranya akan mempunyai tujuan hidup yang lebih fokus dan kelak bisa mengurus sawah dan harta bendanya.
Tetapi, seperti yang dikisahkan Endah pada kita yang menyaksikan seluruh kejadian dengan miris karena jelas si suami adalah pecundang, anak orang kaya yang cuma bisa tidur-tiduran di atas dipan dan menyesali perkawinannya. Endah dan suaminya sama-sama tahu perkawinannya sudah selesai bahkan sebelum mereka resmi menikah. Dan Endah semakin tahu adat bapaknya yang lebih peduli dengan kesejahterann dirinya sendiri daripada anaknya. Dia datang ke rumah besan untuk pinjem duit karena ingin menikah lagi.
Film yang disutradarai oleh Dirmawan Hatta, nama yang sebetulnya bukan orang baru di dunia film (sebelumnya menulis skenario film “May” (2008): “Mirror Never Lies” (2011) dan “Bulan Di Atas Kuburan” (2015).
Adapun film Isteri Orang adalah hasil program kelompok kerja Tumbuh Sinema Rakyat yang digagas Dirmawan Hatta yang untuk bisa bersama-sama menciptakan karya film di wilayah-wilayah terpencil. Memang dari sisi sinematografi, film ini menunjukkan keterbatasan. Namun karena cerita yang solid, pemain –meski mereka semua bukan pemain ternama—yang justru tampil menggerakkan hati dan emosi, serta dialog yang pas, maka film ini tetap kuat dan meninggalkan jejak.
Endah, sejak pikiran adalah seseorang yang bertanya dan menggugat. Mungkin ada keinginan kita untuk mengucapkan dan mewujudkan segala gugatannya dengan kata kerja. Tetapi Dirmawan dan timnya tampak berpihak pada realita, bahwa para Endah di penghujung timur pulau Jawa itu memberontak dalam diam. Marah dalam diam. Dan memilih untuk sunyi dalam berbagai status yang tak diinginkan, termasuk status ‘isteri orang’.
“Isteri Orang” adalah sebuah film tentang muramnya kehidupan perempuan yang tertindas oleh struktur yang berlapis-lapis:karena gender dan karena kelas. Bagi seorang Endah dan berjuta Endah lainnya, begitu mereka menginjak dewasa, tak penting lagi apakah dia ingin tetap menempuh pendidikan, karena pada dasarnya dia lebih dianggap property oleh semua lelaki di sekelilingnya: Bapaknya, Suaminya dan mertuanya.
Leila S.Chudori