Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Di Laut Cina Selatan, ASEAN Perlu Bersatu

Oleh

image-gnews
Presiden Joko Widodo mengunjungi Natuna pada awal 2020.
Presiden Joko Widodo mengunjungi Natuna pada awal 2020.
Iklan

Donald Trump dan Xi Jinping adalah dua ancaman terbesar bagi perdamaian dunia saat ini. Mereka berdua adalah perundung – kerap meneror "halaman sekolah" mereka – Amerika Latin serta Timur Tengah untuk Trump, dan Asia Tenggara untuk Xi Jinping.

Ketidakpedulian, kedengkian, dan kefanatikan Trump selalu ada. Tidak sulit mengaitkan tindak-tanduk sombongnya terhadap Iran, sebagai cara untuk mengalihkan perhatian orang-orang dari masalah pemakzulan dan pemilu yang akan datang.

Xi bahkan lebih jahat lagi. Pada 2016 lalu, para pemimpin dunia melihat Beijing dan Xi sebagai pusat alternatif – untuk ekonomi politik global yang prinsipil dan adil. Namun, kata-kata tidak mampu mengekspresikan kekecewaan kita semua.

Tiongkok di bawah Xi telah melupakan segala pelajaran dari Deng Xiaoping. Kerajaan Tengah (Tiongkok) sebagai sosok yang sombong dan kerap merendahkan negara lain (seperti negara-negara kita di Asia Tenggara), sama seperti Amerika Serikat. Rezimnya disebut sebagai "Seabad Permaluan" oleh negara Barat sebagai alasan untuk memanipulasi negara-negara lain.

Memang Presiden Xi menyamarkan aksi agresifnya di Laut Tiongkok Selatan dan sekitarnya sebagai bagian dari retorika "pengumpulan kekuatan dengan damai" Tiongkok.

Baik Amerika Serikat maupun Tiongkok merendahkan diplomasi. Mereka meremehkan kita. Bagi mereka, kita lemah, kecil, dan miskin. Pada tahun 1960an, orang-orang Amerika memanggil orang Vietnam "gooks" atau orang bodoh. Sekarang, bagi Beijing dan Washington: kita semua "gooks."

Melihat lingkungan yang demikian, kepercayaan dunia, serta penerapan dan penghormatan terhadap aturan sudah runtuh.

Maksudnya, mengapa harus menunjukkan penghormatan setara kalau mereka bisa dengan mudah menggetok kepala kita? Ini adalah kelakukan klasik bocah perundung, si tukang bully.

Kapal coast guard China di perairan ZEE Indonesia di Natuna

Adakah cara lain untuk menjelaskan betapa menyolotnya Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan, terutama bagaimana mereka beraksi di Kepulauan Natuna – di mana perairannya merupakan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia? Tiongkok tidak hanya mengirim armada nelayan, tapi juga armada penjaga pantai.

Laut Tiongkok Selatan sangatlah penting. Hampir sepertiga pengiriman global – senilai kurang lebih 3,37 triliyun dollar Amerika – lalu lalang di sana setiap tahunnya. Di daerah itu juga ada cadangan energi sebanyak 190 triliun kubik kaki gas alam dan 11 miliar barrel minyak, juga 12% tangkapan ikan global.

Tiongkok mengklaim sebagian besar Laut Tiongkok Selatan, menandai peta mereka dengan "nine-dash line" (sembilan garis putus-putus), beririsan dengan beberapa negara Asia Tenggara. Tiongkok bukan hanya melanggar garis batas tersebut, namun juga membangun pulau buatan di sana.

Laut China Selatan dan dan Sembilan Garis Putus-putus

Pembicaraan tentang kode etik untuk meregulasi tindakan-tindakan di Laut Tiongkok Selatan selama bertahun-tahun, belum menghasilkan apapun sejauh ini.

Benar memang Tiongkok adalah mitra dagang terbesar ASEAN, dengan perdagangan bilateral di semester pertama tahun 2019 senilai 292 triliun dollar Amerika. Mereka juga berinvestasi sebesar 255 miliar dollar Amerika untuk proyek infrastuktur di enam ekonomi terbesar ASEAN.

Indonesia – yang secara ironis di masa lalu menyatakan bahwa mereka bukan penggugat Laut Tiongkok Selatan – pada 3 kuartal pertama 2019 menerima proyek Tiongkok sebesar 3,3 miliar dollar Amerika, di mana beberapa di antaranya adalah bagian dari Belt and Road Initiative yang kontroversial.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Presiden China Di Jinping berjabat tangan dengan Presiden Filipina Rodrigo Duterte sebelum pertemuan bilateral pada acara Belt and Road Forum di Beijing

Namun, apakah dengan besaran perdagangan, investasi, dan turisme, Tiongkok berhak untuk bersikap serampangan terhadap kita? Saya rasa tidak.

Kembali, Tiongkok melupakan pelajaran dari sejarah mereka sendiri: bahwa tidak ada seorang pun yang akan menerima dominasi asing, apapun ancaman ataupun pancingannya.

Kita di Asia Tenggara sangat peduli terhadap integritas teritorial kita, sama seperti Tiongkok.

Mengapa kita harus memberikan pipi kiri? Mengapa hanya perasaan pejabat Tiongkok yang menjadi penting?

Xi bisa mendapat banyak keuntungan dari keserampangan dan – sebut saja – kejahatan Trump. Kita ingin menyukai dan menghormati Xi. Kita benar-benar ingin.

Jadi, apa yang dapat dilakukan oleh negara-negara Asia Tenggara?

Ada tiga hal:

Yang pertama, kuncinya adalah persatuan. Kita memang memiliki perbedaan, namun para perundung tidak bisa melecehkan anak-anak yang lebih kecil daripada mereka apabila kita bersatu. Ya, pertahanan paling potensial kita adalah kerja sama, dan kita sudah memiliki struktur – ASEAN – untuk melakukan hal itu. Kerjasama di antara negara-negara anggotanya, termasuk latihan bersama, pembagian informasi, dan bentuk lain dari pembangunan kepercayaan – juga vital. Infrastruktur dan kapasitas maritim kita harus terus diperbaiki. Apabila kita bekerja sendiri-sendiri, kita akan dirundung dan digebuki satu persatu.

Kedua: menyerah tidak akan menyelesaikan masalah. Filipina di bawah Rodrigo Duterte sudah melakukan hal itu. Mereka hanya memiliki sedikit benda berharga untuk menunjukkan kerendahannya. Mencoba untuk membagi perasaan perundung dengan berbagi retorika sangatlah percuma.

Perundung mudah untuk diprediksi: apabila mereka melukai anda sekali, mereka akan melukai anda lagi di masa depan walaupun mereka juga berbagi sedikit permen dari mereka. Menyenangkan mereka tidak akan berhasil.

Sekarang saya tahu bahwa banyak orang Asia Tenggara yang takut Tiongkok akan menyerang balik lewat perdagangan dan investasi. Ini sangatlah mungkin. Namun, kawasan kita sudah berdagang dengan Tiongkok selama berabad-abad dan akan terus begitu. Hubungannya sudah terlalu dalam untuk waktu yang lama.

Namun, penting bagi Tiongkok untuk memahami bahwa kita juga menganggap kemerdekaan kita serius. Bahwa perjuangan kita untuk kedaulatan dan kebebasan dari intervensi asing tidak dapat kita lupakan.

Yang terakhir: anda butuh kredibilitas untuk melawan perundung. Kita juga tidak bisa ikut-ikutan menjadi perundung. Negara-negara kita memiliki komunitas orang Tionghoa yang signifikan. Mereka menjadi bagian integral dari bangsa kita masing-masing. Mereka tidak boleh menjadi korban dari aksi Tiongkok di kawasan, apalagi menjadi korban negaranya sendiri.

Namun hal ini nampaknya masih sulit untuk dilakukan. Kadang memang terasa bahwa tidak ada yang bisa kita lakukan untuk melawan kedua perundung yang kuat ini. Namun, apabila Asia Tinggara bisa melihat lebih jauh dan bekerja sama; ada kemungkinan – hanya kemungkinan – kita bisa membuat lingkungan sekolah kita menjadi bebas dan damai.**

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

2 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

6 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

22 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

22 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

43 hari lalu

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

45 hari lalu

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

45 hari lalu

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

51 hari lalu

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.


Terkini: Seruan Pemakzulan Jokowi karena Penyelewengan Bansos, Gaji Ketua KPU yang Melanggar Etik Loloskan Gibran

52 hari lalu

Warga membawa beras dan bantuan presiden pada acara Penyaluran Bantuan Pangan Cadangan Beras Pemerintah di Gudang Bulog, Telukan, Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis 1 Februari 2024. Presiden memastikan pemerintah akan menyalurkan bantuan 10 kilogram beras yang akan dibagikan hingga bulan Juni kepada 22 juta masyarakat Penerima Bantuan Pangan (PBP) di seluruh Indonesia. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha
Terkini: Seruan Pemakzulan Jokowi karena Penyelewengan Bansos, Gaji Ketua KPU yang Melanggar Etik Loloskan Gibran

Berita terkini: Seruan pemakzulan Presiden Jokowi karena dugaan penyelewengan Bansos, gaji Ketua KPU yang terbukti langgar etik meloloskan Gibran.


Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

53 hari lalu

Ferdinand
Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

Kemenangan Bongbong, nama beken dari Ferdinand Marcos Jr. sering dikaitkan dengan penggunaan media sosial seperti Tiktok, Instagram dan Facebook secara masif, selain politik gimmick nir substansi berupa joget-joget yang diperagakan Bongbong.