TEMPO.CO, Jakarta - Obesitas memang berbahaya seiring meningkatnya risiko terkena penyakit mematikan, seperti jantung, stroke, diabetes tipe 2, dan kanker. Namun, mengikuti diet ketat untuk menghindari kelebihan berat badan mungkin lebih mematikan.
Orang-orang memangkas kalori dan nutrisi agar berat badan tetap sehat. Tetapi, cara yang mereka lakukan mungkin memiliki efek negatif yang lebih besar daripada kelebihan berat badan, seperti diungkap dalam Fatherly.
Sebuah penelitian dalam jurnal Nature menjelaskan ketika orang mencoba menambah atau menurunkan beberapa kilogram, banyak perubahan terjadi dalam tubuh yang berpengaruh pada tekanan darah, gula darah, kolesterol, dan mikrobioma. Ketika seseorang mengubah bobot, mikroba di usus membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri.
Penambahan berat badan memungkinkan mikroba yang mendukung penambahan berat badan untuk tumbuh. Tetapi, ketika orang mulai menurunkan berat badan secara drastis dengan membatasi makanan tertentu, mikroba usus perlahan merespons perubahan.
Efek pertambahan dan pengurangan berat badan drastis dari diet ketat juga dapat membahayakan kesehatan mental. Ketika orang gagal menurunkan berat badan meski mencoba makan lebih sedikit, mereka berisiko lebih tinggi mengalami depresi dan rasa percaya diri yang rendah.
Dampak mematikan lain terbentuknya lemak berbahaya. Pola makan yang tidak sehat membantu meningkatkan lemak visceral atau lemak perut yang berkontribusi terhadap penyakit jantung, diabetes, dan peradangan. Orang-orang dapat mencapai berat badan yang sehat bahkan tanpa diet ketat yang memaksa untuk secara signifikan mengurangi asupan kalori.
Untuk menghindari kenaikan berat badan, bergeraklah aktif dan temukan pola makan seimbang dengan melatih kontrol porsi dan memilih makanan yang tepat yang dibutuhkan tubuh. Demikian dilansir dari Medical Daily.