TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Suhardi Alius menegaskan belum ada informasi dan keputusan mengenai pemulangan 600 WNI eks ISIS.
“Yang ada adalah informasi yang kami dapatkan dari beberapa komunitas internasional, apakah saluran intelijen atau badan-badan internasional tentang sekian puluh ribu FTF (Foreign Terrorist Fighters) yang ada di Suriah. Dari beberapa kamp (pengungsian) itu ada 600-an pengakuannya WNI,” kata Suhardi dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Jumat, 7 Februari 2020.
Informasi tersebut juga diterima Badan Intelijen Negara dan Densus 88 berupa nama dan foto. Suhardi mengaku sudah melaporkan kepada Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan dan melakukan rapat menanggapi informasi tersebut.
Data mengenai adanya sebanyak 600 lebih WNI yang ada di Suriah, kata Suhardi, masih dalam tahap verifikasi bersama Kementerian Luar Negeri, Kementerian Dalam Negeri, dan Densus 88. “Ini belum ada putusan. Kami masih minta tanggapan dari masing-masing kementerian. Nanti dirumuskan. Pak Menko ambil keputusan, baru lapor ke Pak Wapres dan Presiden,” ujarnya.
Menurut Suhardi, 600-an orang yang mengaku sebagai WNI itu berada di tiga kamp pengungsian Suriah, yaitu Al Hawl, Al Roj, dan Ayn Issa. Sayangnya, pemerintah tak memiliki akses ke sana karena ketiga kamp dipimpin tiga otoritas berbeda. Sehingga, BNPT sedang meminta bantuan dari intelijen Abu Dhabi yang memiliki akses ke sana.
Sebelumnya, Menteri Agama Fachrul Razi menyebut BNPT akan memulangkan 600 warga negara Indonesia yang tergabung dalam ISIS dari Timur Tengah. Dia menyebut 600 WNI yang tergabung dalam ISIS itu sebagian besar telah membakar paspor Indonesia agar merasa dekat dengan Tuhan.
Beberapa hari setelah pernyataannya viral, Fachrul mengklarifikasi. Dia menyebut pemerintah masih mengkaji kemungkinan kepulangan WNI eks ISIS itu.
"Rencana pemulangan mereka itu belum diputuskan pemerintah dan masih dikaji secara cermat oleh berbagai instansi terkait di bawah koordinasi Menkopolhukam. Tentu ada banyak hal yang dipertimbangkan, baik dampak positif maupun negatifnya," kata Fachrul.
Fachrul menjelaskan, pembahasan ini masih terus dilakukan. Dia menyebut Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) memberikan saran terkait pentingnya upaya pembinaan jika WNI eks ISIS dipulangkan. Meski begitu, kata dia, proses pembinaan itu bukan hal mudah karena mereka adalah orang-orang yang sudah terpapar oleh idealisme yang sangat radikal.