Tempo.Co, Jakarta - Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah memperkirakan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia masih akan menahan suku bunga acuan atau BI 7 Day Repo Rate. Dan kata dia, BI tetap akan melanjutkan pelonggaran moneter melalui bauran kebijakan non bunga.
"Kebijakan melonggarkan GWM(Giro Wajib Minimum) dan atau meningkatkan operasi moneter yang bersifat ekspansif adalah contohnya. Kebijakan ini bisa lebih efektif daripada kebijakan menurunkan suku bunga acuan," kata Piter saat dihubungi, Kamis, 20 Februari 2020.
Dia melihat di tengah gejolak global akibat virus corona, rupiah mengalami tekanan pelemahan. Hal itu terjadi karena arus modal masuk ke dalam negeri terhambat.
Dia memprediksi tekanan pelemahan rupiah itu akan menjadi pertimbangan BI dalam menetapkan kebijakan suku bunga. Meskipun, kata dia, BI tentunya akan berusaha memitigasi risiko melambatnya perekonomian sebagai dampak dari perlambatan ekonomi global yang juga disebabkan virus corona.
Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta berbeda pandangan. Dia memperkirakan BI justru akan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin.
"Pelonggaran moneter dibutuhkan dalam rangka menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia agar tetap sustainable di tengah-tengah global uncertainty," ujar Nafan.
Sebelumnya BI memutuskan mempertahankan tingkat suku bunga acuan atau BI7DDR sebesar 5 persen. Selain itu, tingkat suku bunga deposit facility dan lending facility tetap dipertahankan masing-masing pada level 4,25 persen dan 5,75 persen.
"Kebijakan moneter tetap akomodatif dengan perkiraan inflasi yang terkendali, stabilitas eksternal terjaga dan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi," kata Gubernur BI Perry Warjiyo saat mengelar konferensi pers di Komplek Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Kamis, 23 Januari 2020.