TEMPO.CO, Jakarta - Pro dan kontra terjadi terhadap hasil studi yang menyebut kebiasaan merokok mampu menekan kasus infeksi virus corona Covid-19. Hasil studi didapat dengan membandingkan proporsi pasien penyakit itu yang perokok dengan proporsi perokok di antara masyarakat umum dalam populasi atau daerah yang sama.
Sebagian ilmuwan menduga ada peran nikotin yang tidak bersahabat dengan SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19. Tapi sebagian lainnya meragukan metode perbandingan proporsi tersebut dan tidak yakin rokok yang nyata-nyata merugikan kesehatan beralig menjadi sekutu baik dalam memerangi virus corona.
Lalu bagaimana Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bersikap atas pro dan kontra tersebut? Organisasi ini, misalnya, telah membuat keputusan untuk kontroversi obat eksperimental hydroxychloroquine.WHO, berpihak kepada sejumlah hasil uji klinis terbaru, menyatakan menghentikan penggunaannya secara luas.
Tapi soal rokok, baru dibahas dalam rubrik tanya dan jawab (Q&A) di situs resmi organisasi tersebut. Berikut beberapa jawaban WHO untuk pertanyaan-pertanyaan yang terkait rokok dan Covid-19 seperti yang dimuat hingga hari ini, Minggu 31 Mei 2020.
1. Sebagai perokok, apakah saya lebih berisiko terinfeksi virus corona Covid-19 daripada mereka yang tidak merokok?
Belum ada studi peer-reviewed (dikaji antar ilmuwan) yang mengevaluasi risiko infeksi SARS-CoV-2 terkait kebiasaan merokok. Meski begitu, perokok tembakau mungkin lebih rentan tertular Covid-19 karena aktivitas merokok melibatkan kontak jemari dengan bibir, yang menambah peluang penularan virus dari tangan ke mulut. Rokok pipa, atau sisha, bahkan sering dilakukan dengan berbagi banyak mulut, yang dapat memberi jalan penularan virus penyebab Covid-19 dalam komunitas.
2. Sebagai perokok, apakah saya pasti akan sakit parah jika terinfeksi virus corona Covid-19?
Merokok segala jenis tembakau berdampak mengurangi kapasitas paru-paru serta meningkatkan risiko dan gejala penyakit pernapasan. Adapun Covid-19 adalah penyakit infeksi yang terutama menyerang paru-paru. Kebiasaan merokok melumpuhkan fungsi paru-paru, membuat beban lebih berat bagi tubuh untuk memerangi virus corona dan penyakit pernapasan lainnya. Riset yang ada menduga perokok berada dalam risiko lebih tinggi untuk menderita sakit Covid-19 yang parah dan bahkan meninggal.
3. Apakah konsumsi nikotin mempengaruhi peluang saya terjangkit Covid-19?
Informasi yang ada saat ini belum berkecukupan untuk mengkonfirmasi hubungan apapun antara tembakau atau nikotin dalam pencegahan atau pengobatan Covid-19. WHO mendesak para peneliti, ilmuwan, dan media untuk berhati-hati terhadap klaim-klaim yang belum terbukti. WHO terus mengevaluasi riset baru, termasuk yang menguji hubungan antara konsumsi tembakau dan nikotin dengan Covid-19.