TEMPO.CO, Taipei – Pemerintah Taiwan meminta pemerintah Cina mengakui insiden Tiananmen 1989 pada Kamis, 4 Juni 2020.
Pemerintah Taiwan merayakan peringatan protes mahasiswa di Cina, yang ditumpas menggunakan tank.
“Ratusan orang tewas terbunuh selama pemberangusan demonstrasi yang menuntut demokrasi oleh Partai Komunis Cina,” begitu dilansir Channel News Asia pada Kamis, 4 Juni 2020.
Upaya membahas tragedi ini di Cina mengalami tekanan aparat dan sensor di media sosial.
Para kritikus mendapat tekanan aparat dengan dikunjungi akibat mengunggah hal seputar tragedi Tiananmen ini.
“Ada 365 hari di seluruh dunia, tapi satu hari ini di Cina sengaja dilupakan,” kata Tsai Ing-wen, Presiden Taiwan, seperti dilansir Channel News Asia pada Kamis, 4 Juni 2020.
Tsai meminta Beijing mengakui masalah ini secara terbuka. Ini pernah dilakukan Taiwan dengan mengakui pemerintahan otoriter di masa lalu untuk transisi ke demokrasi pada 1990.
“Dulu pernah ada hari-hari yang hilang dari kalendar kita, tapi kami berupaya mengembalikannya. Saya harap Cina dapat mengatakan hal serupa," kata Tsai.
Soal ini, kementerian Luar Negeri Cina mengecam pernyataan Tsai itu sebagai tidak masuk akal sama sekali.
Ketegangan Taiwan dan Cina meningkat belakangan ini karena pemerintahan Tsai menganggap Taiwan sebagai negara merdeka secara de fakto.
Selama ini Cina menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayah, yang akan diminta bergabung meski harus menggunakan kekuatan.