TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa penumpang kereta rel listrik (KRL) di Stasiun Tanah Abang, Jakarta Pusat, mengatakan protokol kesehatan yakni jaga jarak di masa perpanjangan pembatasan sosial berskala besar atau PSBB transisi tidak seketat sebelumnya.
Di kereta dan stasiun penumpang belum mematuhi jaga jarak.
"Makin hari makin kendor. Protokol kesehatannya sih mengukur suhu badan, memakai masker, phsysical distancing. Kendornya di physical distancing-nya," kata penumpang Tangerang-Tanah Abang, Wahyu Hidayat, Kamis, 2 Juli 2020.
Menurut dia protokol kesehatan jaga jarak yang mesti diperhatikan. Sebab, berbeda dengan masa PSBB sebelumnya, bagi dia jarak antar-penumpang belum diperketat. "Cuma keasadaran masing-masinglah," ujar dia.
Kendornya pengawasan jaga jarak antar-penumpang ini diakui Nino. Menurut pria ini, petugas masih mengawasi penumpang supaya mematuhi protokol kesehatan, namun tidak seketat sebelumnya. "Kalau kemarin penjagaannya ketat, sekarang kurang," tuturnya.
Nino menilai pengetatan itu berlangsung karena sebelumnya di setiap titik penjagaan terdapat polisi dan Tentara Nasional Indonesia. "Dulu kan ada TNI dan Brimob," katanya.
Yosi Rahmadani menyatakan sekalipun PSBB diperpanjang penumpang di stasiun atau kereta masih ramai. Menurut penumpang Bekasi-Tanah Abang ini, pengetatan bagi calon penumpang hanya terlihat di awal. "Kalau pembatasan sosial diperpanjang, seharusnya pengawasannya ketat," ucap dia.
Yosi menambahkan, awalnya pematuhan protokol kesehatan ketat. karena, menurut dia, hal itu dipicu jumlah pasien terinfeksi virus corona terus meningkat, dan menyebabkan orang takut keluar dan tetap jaga jarak. "Kalau bilang diperketat sih, belum kelihatan. Di sini (Stasiun Tanah Abang) saja orang masih ramai," kata Yosi.
IHSAN RELIUBUN | DA