TEMPO.CO, Jakarta - Anjani Rahma Pramesti, penabrak 2 pengemudi sepeda motor hingga tewas di Jatinegara, merupakan seorang pegawai kontrak di Badan Perencanaan Pembangunan Nasional atau Bappenas. Anjani telah bekerja di tempat tersebut sejak September 2019.
"Di Bappenas memang ada pegawai tidak tetap (kontrak) yang bernama Anjani Rahma Pramesti. Yang bersangkutan masih baru, belum setahun ini," ujar Karo Humas dan TU Bappenas Parulian Silalahi saat dihubungi Tempo, Kamis, 16 Juli 2020.
Adapun terkait insiden kecelakaan yang melibatkan Anjani, Parulian mengatakan pihaknya baru mendengar hal tersebut. Sehingga tak ada komentar lebih jauh mengenai insiden tersebut.
Sebelumnya, Kanit Laka Lantas Polres Jakarta Timur AKP Agus menjelaskan penyebab Anjani menabrak 3 pengendara sepeda motor di Jatinegara, Jakarta Timur pada Rabu malam, 15 Juli 2020 akibat kelelahan bekerja. Tabrakan tersebut mengakibatkan 2 dari 3 korban tewas di lokasi.
"Dia kelelahan habis cari percetakan untuk cetak bahan presentasi," ujar Agus.
Baca Juga:
Dari keterangan teman yang menjenguknya di Satlantas Polres Jakarta Timur, Anjani dalam beberapa hari ke belakang tengah mempersiapkan bahan presentasi untuk kantor. Sehari sebelum tenggat, Anjani berkeliling mencari percetakan yang buka 24 jam.
Faktor kelelahan karena bekerja yang diduga menjadi penyebab gadis berusia 23 tahun itu menabrak motor yang dinaiki korban Dadan dan Dony pada Rabu malam di Jalan D.I. Panjaitan atau dekat flyover Jatinegara, Jakarta Timur.
Kedua korban tewas di lokasi setelah ditabrak Anjani menggunakan mobil Honda HRV dengan nomor polisi B 97 ARP.
Usai menabrak kedua korban, Anjani tak menghentikan laju kendaraannya. Hingga dekat penampungan sampah di Jatinegara, ia kembali menabrak korban lain bernama Novan Bawono yang sedang mendorong sepeda motornya.
"Korban Novan mengalami robek pada dahi robek, muka besut, pinggang kanan besut, tangan kanan patah di rawat di RS Premier Jatinegara," kata Agus.
Usai menabrak Novan, Anjani baru menghentikan laju kendaraannya. Anjani mengalami syok dan tak bisa diajak berbicara. Polisi kemudian membawa dia ke Satlantas Jakarta Timur untuk diperiksa.
"Dari pemeriksaan awal, penabrak tidak dalam keadaan mabuk. Cuma sampai saat ini masih belum bisa diajak berkomunikasi," kata Agus.