TEMPO.CO, Jakarta - Konsul Jenderal Cai Wei membuka kemungkinan pihaknya akan bertahan di Konsulat Jenderal Cina, Houston, pada Jumat ini. Hal tersebut, kata ia, sebagai bentuk perlawanan Cina terhadap Amerika yang mencoba menutup konsulatnya.
Diberitakan sebelumnya, Amerika memerintahkan Konsulat Jenderal Cina di Houston untuk menutup kantornya pada hari ini. Alasan yang dipakai Amerika, karena adanya sejumlah kasus peretasan dan pelanggaran properti intelektual yang didalangi Cina.
"Kita lihat saja apa yang akan terjadi," ujar Cai Wei pada hari Kamis kemarin, waktu Amerika, 23 Juli 2020.
Cai Wei tidak mengelaborasi lebih lanjut soal langkah-langkah apa yang akan dilakukan. Beberapa hari terakhir, Pemerintah Cina hanya menuntut Amerika mencabut keputusannya atau akan ada balasan keras.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Morgan Ortagus, menegaskan bahwa Amerika tak memiliki niatan untuk mengubah keputusan itu. Penutupan, kata ia, adalah langkah yang harus diambil setelah mengetahui peretasan data-data penting di Amerika oleh Cina.
Sebelumnya, Departemen Hukum Amerika mengungkapkan bahwa mereka telah menangkap dua peretas yang disokong Pemerintah Cina. Mereka disebut meretas data-data sensitif mulai dari riset vaksin virus corona hingga desain senjata militer.
"Kami telah mengungkap jaringan mata-mata Cina. Hal yang benar-benar mengganggu, mereka meretas, mencuri data dari universitas, rumah sakit, perusahaan teknologi. Kami dan FBI bekerja sama menanganinya," ujar Morgan Ortagus.
Dikutip dari CNN, dokumen tujuh halaman telah disiapkan FBI dan Kementerian Luar Negeri terkait aktivitas mata-mata Cina di Amerika. Dokumen itu disebar ke berbagai lembaga Pemerintah Amerika. Salah satunya berkaitan dengan Konsulat Jenderal Cina di Houston.
ISTMAN MP | CNN