TEMPO.CO, Jakarta - Belum jelas penyebab kebakaran di area pelabuhan di Beirut, Lebanon, yang memicu ledakan massif pada Selasa, 4 Agustus 2020. Investigasi masih berjalan termasuk atas laporan yang menyebutkan adanya kebakaran satu kontainer berisi kembang api.
Vyto Babrauskas, seorang konsultan berbasis di New York, Amerika Serikat, yang telah menulis sejumlah makalah tentang kecelakaan amonium nitrat, mengatakan kalau bahan kimia yang biasa digunakan untuk pupuk itu harus disimpan di tempat yang tidak bisa terbakar, seperti gudang berdinding beton. Termasuk tak boleh ada barang mudah terbakar di dekatnya.
“Seratus persen kejadian ledakan amonium nitrat dalam penyimpanannya adalah karena ketidakmampuan mengendalikan potensi kebakaran," katanya.
Babrauskas menerangkan telah terjadi banyak kecelakaan ledakan amonium nitrat di dunia. Yang terburuk, kata dia, terjadi pada 1947 ketika lebih dari 500 orang tewas di Texas City, Amerika Serikat. Saat itu ledakan terjadi di tengah bongkar muat kapal pengangkut 2.300 ton amonium nitrat.
Kepulan asap ledakan pabrik pupuk dekat Waco di West, Texas (17/4). (AP Photo/Andy Bartee)
Baca Juga:
Yang lebih baru juga terjadi di Texas pada 2013 lalu saat 15 orang tewas setelah ledakan di sebuah gudang pupuk. Menurut Babrauskas, video dari ledakan-ledakan itu sama seperti yang terjadi di Beirut. "Hanya di Beirut lebih besar (ledakan)," katanya.
Babrauskas menerangkan amonium nitrat adalah padatan putih mirip garam. Bahan kimianya yang murni disebutnya tak mudah terbakar tapi bisa terdekomposisi dalam beberapa cara berbeda, melepaskan gas dan panas. Jika panas yang dilepaskan cukup besar, reaksi dekomposisi bisa berjalan lebih cepat dan luas, menghasilkan sejumlah besar gas sekaligus--dan terjadi sebuah ledakan.
Amonium nitrat, Babrauskas menambahkan, menjadi jauh lebih eksplosif ketika bercampur dengan senyawa karbon seperti bensin atau bahkan debu batu bara.
NEW SCIENTIST