TEMPO.CO, Beni - Mengenakan legging kulit di balik bajunya, Imelda Mbambu, menunggang motor ojek miluknya melintasi Kota Beni di timur laut Republik Demokratik Kongo.
Dengan tas tangan digantung di sisinya, seorang pelanggan gembira bertengger di belakang boncengan Imelda.
“Suatu ketika saya sedang berkendara dari pedesaan, saya disergap oleh bandit. Mereka mengenakan pakaian bernoda darah merah dan ingin menyakiti saya,” cerita Imelda kepada Reuters pada akhir Agustus lalu.
Yang menarik, ketika para bandit mengetahui bahwa tukang ojek itu seorang wanita justru Imelda dibebaskan.
"Mereka menjadi sangat terkejut."
Sebelumnya dia petani. Tapi kematian sang suami pada sepuluh tahun lalu memaksanya menemukan cara baru untuk menghidupi keenam anaknya. Mereka tinggal di Beni, kota yang mayoritas penduduknya hidup dalam kemiskinan ekstrem dengan penghasilan kurang dari 1,90 dolar AS (Rp 28.413) sehari.
Imelda lantas banting setir. Dia membelanjakan tabungannya untuk membeli motor pria berwarna merah, bukan jenis bebek. Di kalangan masyarakat setempat disebut "boda" lalu mulai ngojek.
Wanita tukang ojek di Kongo, Imelda Mmambu, mencari penumpang di sepanjang jalanan Beni, timur Republik Demokratik Kongo, pada 31 Agustus 2020. FOTO: REUTERS
Kerusuhan di Kongo selama beberapa dekade, termasuk perang saudara yang berakhir pada 2003 dan dilanjutkam pemberontakan Islam yang sedang berlangsung, membuat kekerasan terhadap wanita menjadi hal biasa di bagian timur Kongo.
Peringkat kekerasannya masuk dalam daftar 10 negara paling berbahaya untuk wanita versi jajak pendapat Yayasan Thomson Reuters pada 2018.
Menurut PBB, kasus kekerasan seksual yang terdokumentasi di timur negara itu naik 34 persen tahun lalu.
Kebaruan terjadi ketika seorang wanita mengendarai ojek motor, dan menyelamatkan hidup Imel Mmambu.
Sejak menjadi wanita tukang ojek pangkalan, begitu sebutan di Jakarta, Imelda Mbambu telah memiliki sejumlah pelanggan tetap. Para wanita memilih memakai ojek Imelda dari pasar.
Sekarang anak-anaknya tidak pernah tidur dalam keadaan lapar.
“Pekerjaan ibu saya membantu kami mendapatkan makanan, pendidikan, pakaian, obat-obatan, dan banyak lagi,” kata putrinya, Neema Mandefu, membanggakan Imelda Mmambu.
REUTERS