TEMPO.CO, Jakarta - Ghana akan tetap menggelar pemilu presiden pada 7 Desember 2020 nanti di tengah pandemi virus corona. Namun yang menjadi perhatian masyarakat dari pemilu adalah untuk pertama kalinya Ghana memiliki calon wakil presiden perempuan dari partai mayoritas.
Ghana adalah negara dengan perekonomian terbesar kedua di Afrika dan telah menjadi salah satu negara tertinggi di dunia, yang perempuannya memiliki usaha sendiri. Namun ironisnya, baru 13 persen kursi parlemen di negara itu yang diisi oleh perempuan.
Mantan Menteri Pendidikan Ghana, Jane Naana Opoku-Agyeman, maju dalam pemilu presiden sebagai wakil presiden dari kubu oposisi negara itu Partai Kongres Nasional Demokratik (NDC). Opoku-Agyeman berharap pencalonannya ini bisa menginspirasi perempuan lain untuk memasuki dunia politik.
“Banyak sekarang yang terdorong untuk memberikan suara mereka. Terima kasih pada keputusan yang momentum,” kata Opoku-Agyeman, 69 tahun.
Dalam kampanyenya, Opoku-Agyeman berjanji akan membuka pintu bagi kaum perempuan. Dalam pemilu presiden Ghana, Opoku-Agyeman akan mendampingi calon presiden John Mahama melawan presiden incumbent Nana Akufo-Addo dan Mahamudu Bawumia, yang bakal duduk di kursi wakil presiden.
Beberapa kritik melihat pencalonan Opoku-Agyeman sebagai langkah cerdik untuk memenangkan suara pemilu. Pandangan ini didukung oleh sebuah survei pada Oktober 2020 oleh MSI-ACI, sebuah perusahaan peneliti pasar di Ghana yang menemukan lebih dari 70 persen responden mendukung pencalonan Opoku-Agyeman
“Ini adalah sebuah kemenangan, terlepas dia nantinya menang atau tidak,” kata Kafui Anson-Yevu, 35 tahun, pengusaha.
Anson-Yevu dan temannya berharap pencalonan Opoku-Agyeman akan menjadi titik awal bagi perempuan Ghana untuk memasuki panggung politik nasional.
Sumber: https://www.reuters.com/article/us-ghana-election/eyes-on-female-vp-candidate-as-ghana-heads-to-the-polls-idUSKBN28D0PJ