TEMPO.CO, Yogyakarta - Gunung Semeru meletus saat masih berstatus Waspada atau Level II. Situasinya berbeda dengan Gunung Merapi yang terus Siaga sejak 5 November lalu. Status Siaga adalah level III, satu tingkat di bawah status paling berbahaya yakni Awas.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta menjelaskan sebenarnya Gunung Merapi pun sudah mengalami erupsi tapi kecil. Bentuknya embusan, juga terjadi saat masih berstatus Waspada.
“Hanya saja embusan Merapi memang baru mulai meningkat intensitasnya sejak 5 November,” ujar Kepala BPPTKG Hanik Humaida Jumat 4 Desember 2020.
Dari data-data baik seismisitas, embusan, multi phase (MP), dan gempa vulkanik dangkal di Gunung Merapi saat ini, Hanik memastikan, menandakan aktivitas yang sangat tinggi. Jika dibandingkan, menyerupai erupsi-erupsi sebelumnya.
Dalam sepekan terakhir (27 November – 3 Desember 2020) Gunung Merapi mencatatkan 236 kali gempa vulkanik dangkal (VTB), 2.128 kali gempa Fase Banyak (MP), 3 kali gempa Low Frekuensi (LF), 289 kali gempa Guguran (RF), 330 kali gempa Hembusan (DG) dan 11 kali gempa tektonik (TT).
Seorang anak bermain dengan latar belakang Gunung Merapi di kawasan Kinahrejo, Cangkringan, Sleman, D.I Yogyakarta, Rabu, 18 November 2020. ANTARA/Andreas Fitri Atmoko
“Walau intensitas kegempaan pada sepekan ini lebih rendah dibandingkan pekan lalu, namun itu tetap masuk kategori aktivitas tinggi,” ujarnya.
Baca juga:
Mulai Banyak Rekahan di Kawah dan Tebing Gunung Merapi, Bahaya?
Selain itu, jarak tunjam berdasarkan electronic distance measurement (EDM) deformasi Gunung Merapi pekan ini menunjukkan adanya laju pemendekan dengan jarak sebesar 11 cm/hari. “Jadi Merapi kemungkinan bisa juga sewaktu-waktu erupsi, sehingga kami memberikan rekomendasi jarak aman di luar radius 5 kilometer,” ujar Hanik.