Kenali Tanda Kamu Alami Alergi Pembalut Beserta 6 Tips Mengatasinya

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi pembalut. Freepik.com

Ilustrasi pembalut. Freepik.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Apakah kamu pernah merasakan gatal-gatal saat memakai pembalut? Itu salah satu tanda kamu mengalami alergi pembalut. Selain gatal-gatal, munculnya kemerahan di area Miss V termasuk tanda utama alergi pembalut. Jika kamu tengah mengalaminya, jangan panik sebab ada banyak cara untuk mengatasinya, mulai dari mengganti merek pembalut hingga menggunakan alternatif yang lebih ramah di kulit.

Dalam dunia medis, alergi pembalut biasanya disebut dengan dermatitis kontak. Dermatitis ini terjadi ketika kulit menyentuh bagian luar pembalut yang terbuat dari bahan tertentu atau mengandung zat kimia pemicu reaksi alergi.

Dermatitis kontak yang terjadi di vulva juga biasa dikenal dengan istilah vulvitis. Vulvitis sendiri bukanlah penyakit, melainkan peradangan pada kulit terluar miss V yang rentan terhadap gesekan atau iritan, apalagi pada orang yang memiliki kulit sensitif.

Meski hanya terkena kontak dengan bagian paling atas, pada dasarnya seluruh bagian pembalut bisa memunculkan reaksi alergi. Contoh material atau zat kimia pada pembalut yang biasanya menimbulkan reaksi alergi adalah permukaannya. Setiap merek menggunakan bahan berbeda, misalnya polyolefins dengan campuran zinc oxide serta petrolatum agar kulit tidak rentan iritasi saat bersentuhan dengan pembalut, tapi bisa mengakibatkan alergi pada kulit sensitif.

Pembalut juga ada yang mengandung parfum untuk menghilangkan bau amis darah haid. Sayangnya, tak semua orang cocok menggunakan pembalut dengan parfum karena dapat menimbulkan ruam maupun reaksi alergi pembalut lainnya.

Selain itu, pembalut biasanya menggunakan bahan penyerap yang diletakkan di belakang permukaan pembalut. Fungsinya adalah menahan darah menstruasi agar tidak bocor atau tembus ke celana dalam. Bahan yang digunakan bisa berupa kapas, selulosa kayu, atau gel yang mungkin dapat menimbulkan reaksi alergi pembalut di kulit.

Tanda awal alergi pembalut biasanya adalah munculnya rasa gatal setiap kali menggunakan merek pembalut tertentu saat menstruasi. Selain itu, vulva terasa seperti terbakar. Muncul lepuhan, terutama di sekitar vulva, ruam atau kemerahan pada kulit di sekitar vulva maupun labia (bibir vagina), dan vulva yang menjadi bersisik atau kulit terasa menebal.

Berikut sederet cara yang bisa dicoba jika kamu mengalami alergi pembalut

1. Sering ganti pembalut

Agar daerah kewanitaan selalu bersih dan tidak lembap, seringlah berganti pembalut agar tidak memperparah gejala alergi.

2. Mengganti merek pembalut

Setiap merek pembalut menggunakan bahan dan zat kimia yang berbeda. Sebisa mungkin, pilih pembalut yang tidak mengandung pewangi atau parfum.

3. Beralih ke metode alternatif

Selain pembalut, ada alternatif penampung darah menstruasi yang tidak rentan menimbulkan alergi, seperti menstrual cup ataupun pembalut dari kain yang bisa digunakan berulang kali. Untuk pembalut kain, pilih yang terbuat dari katun.

4. Tidak menggunakan celana terlalu ketat

Celana yang kelawat ketat dapat menimbulkan friksi alias gesekan, dan akhirnya memperparah gejala alergi pembalut.

5. Mengoleskan obat antialergi

Obat antihistamine atau hidrokortisone dapat meredakan gatal akibat alergi pembalut. Namun, Anda hanya boleh mengoleskan obat topikal ini di area vulva, bukan di dalam saluran vagina. Lebih baik lagi bila obat digunakan setelah berkonsultasi dengan dokter.

6. Memeriksakan diri ke dokter

Bila gejala alergi pembalut tidak tertahankan, segera periksakan diri ke dokter. Langkah ini juga harus dilakukan bila sudah mencoba berbagai cara untuk meredakannya, tapi tidak berhasil. Dokter bisa merekomendasikan obat lain, seperti salep yang mengandung steroid atau obat antibiotik bila perlu.

Baca juga: Gampang Kok Merawat Miss V, Cukup Penuhi 2 Syarat Berikut

SEHATQ

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."