Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ini Penyebab Mengapa Kutub Selatan Lebih Dingin Dibanding Kutub Utara

Reporter

Editor

Nurhadi

image-gnews
Anjing telah bersahabat dengan manusia di Kutub Utara ribuan tahun yang lalu. Foto: Markus Trienke-Greenland/Wikimedia
Anjing telah bersahabat dengan manusia di Kutub Utara ribuan tahun yang lalu. Foto: Markus Trienke-Greenland/Wikimedia
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Kutub Utara dan Kutub Selatan adalah dua bagian bumi paling dingin sepanjang tahun. Meski sama-sama diguyur salju tiap hari, Kutub Selatan ternyata lebih dingin daripada Kutub Utara.

Dilansir dari laman World Animal Foundation, Kamis, 8 Juli 2021, dinginnya Kutub Selatan dan Kutub Utara disebabkan oleh tidak adanya sinar matahari langsung di sana. Posisi matahari di cakrawala selalu rendah, bahkan ketika musim panas.

Saat musim dingin, matahari berada begitu jauh dari cakrawala sehingga ia tidak muncul selama berbulan-bulan. Akibatnya, siang hari akan terasa sama seperti malam hari yang dingin dan gelap.

Meski Kutub Selatan dan Kutub Utara berada pada posisi yang berlawanan, namun keduanya mendapat jumlah sinar matahari yang sama. Tetapi, mengapa Kutub Selatan lebih dingin daripada Kutub Utara?

Hal ini tak lain karena kondisi geografisnya. Kutub Utara adalah lautan yang dikelilingi daratan. Es-es di sana berada di atas lautan. Meski lautan di bawah es Arktik itu dingin, tetapi ia sedikit menghangatkan udara.

Sebaliknya, Kutub Selatan adalah daratan yang dikelilingi lautan. Es-es di Antartika itu berada di atas daratan, bukan lautan seperti di Kutub Utara. Selain itu, Kutub Selatan memiliki ketinggian rata-rata sekitar 2,3 kilometer. Bukankah semakin tinggi Anda pergi, hawanya jadi semakin dingin?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di Kutub Utara, suhu rata-rata ketika musim panas adalah 0 derajat Celcius. Sementara suhu rata-rata saat musim dingin adalah -40 derajat Celcius.

Sedangkan di Kutub Selatan memiliki rata-rata suhu -28,2 derajat Celcius ketika musim panas. Saat musim dingin, rata-rata suhunya bahkan mencapai -60 derajat Celcius.

Es di Kutub Utara juga menyusut karena lautan di bawahnya memanas. Ini berarti iklim di Bumi semakin panas. Meski iklim di Kutub Selatan juga perlahan memanas, tetapi tidak secepat Kutub Utara karena tidak terpengaruh oleh lautan.

AMELIA RAHIMA SARI

Baca juga: Ini Alasan Mengapa Pinguin Tidak Ada di Kutub Utara

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Rp 19.842 triliun Kredit Global ke Grup Perusahaan Berisiko Iklim, Ada RGE dan Sinarmas

22 hari lalu

Pemandangan udara terlihat dari kawasan hutan yang dibuka untuk perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia, 6 Juli 2010. REUTERS/Crack Palinggi/File Foto
Rp 19.842 triliun Kredit Global ke Grup Perusahaan Berisiko Iklim, Ada RGE dan Sinarmas

Walhi dan Greenpeace Indonesia mengimbau lembaga keuangan tidak lagi mendanai peruhasaan yang terlibat perusakan lingkungan dan iklim.


Empat Kebijakan Badan Meteorologi Dunia Diadopsi 94 Negara, Apa Saja?

29 hari lalu

Siklon Tropis Megan (BMKG)
Empat Kebijakan Badan Meteorologi Dunia Diadopsi 94 Negara, Apa Saja?

Sebanyak 94 negara peserta salah satu forum meteorologi dunia, SERCOM Ke-3, mengadopsi empat kebijakan terkait layanan cuaca dan iklim.


BRIN Kembangkan Analisis Iklim Berdasarkan Lokasi dan Waktu

43 hari lalu

Peneliti Ahli Madya di PRSDI BRIN, Devi Munandar, menjelaskan metode analisis iklim yang dikembangkannya melalui webinar, Rabu, 27 Februai 2024. Dok. Humas BRIN
BRIN Kembangkan Analisis Iklim Berdasarkan Lokasi dan Waktu

Model menggunakan data mining pada peramalan data iklim di Jawa Barat.


Perjalanan Rachel Vennya Melihat Keindahan Aurora di Kutub Utara

48 hari lalu

Rachel Vennya berfoto dengan latar aurora borealis di Kutub Utara, Februari 2024 (Instagram/@rachelvennya)
Perjalanan Rachel Vennya Melihat Keindahan Aurora di Kutub Utara

Aurora borealis hanya terlihat di Kutub Utara saat tengah malam, perlu perjalanan panjang dan melelahkan.


Benarkah Pemanasan Global Sudah Tembus Batas 1,5 Derajat Celsius?

12 Februari 2024

Seorang warga berjalan di dekat instalasi
Benarkah Pemanasan Global Sudah Tembus Batas 1,5 Derajat Celsius?

Januari 2024 lalu adalah rekor baru pemanasan global untuk suhu rata-rata bulanan.


Januari 2024 Pecahkan Rekor Bulan Terpanas Dunia

8 Februari 2024

Pemandangan danau Tefe di sungai Solimoes yang terkena dampak suhu panas dan kekeringan di Tefe, negara bagian Amazonas, Brasil, 1 Oktober 2023. REUTERS/Bruno Kelly
Januari 2024 Pecahkan Rekor Bulan Terpanas Dunia

Januari 2024 memecahkan rekor bulan terpanas dunia, menurut catatan Copernicus Climate Change Service (C3S) Uni Eropa.


Pilih 5 Program Studi Perguruan Tinggi Bagi yang Ingin Berkarier di BMKG

2 Februari 2024

Pegawai BMKG menunjukkan bagan prediksi cuaca di Kantor BMKG Jakarta, Selasa 7 Januari 2020. (ANTARA/Katriana)
Pilih 5 Program Studi Perguruan Tinggi Bagi yang Ingin Berkarier di BMKG

Ingin bekerja di Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika? Berikut 5 program studi di perguruan tinggi yang dibutuhkan BMKG.


Kajian Iklim 2021-2050 BRIN, Pulau Jawa Makin Panas dan IKN Kekeringan Ekstrem

1 Februari 2024

Ilustrasi kekeringan. (ANTARA/Mohammad Ayudha/dok)
Kajian Iklim 2021-2050 BRIN, Pulau Jawa Makin Panas dan IKN Kekeringan Ekstrem

Kekeringan ekstrem di masa mendatang juga berdampak pada wilayah Kalimantan bagian tengah, timur dan selatan, termasuk IKN.


Studi: Wilayah Kering Lebih Rentan Kebakaran Hutan dan Suhu Ekstrem

23 Januari 2024

5 lapisan atmosfer dan ciri cirinya. Foto: Canva
Studi: Wilayah Kering Lebih Rentan Kebakaran Hutan dan Suhu Ekstrem

Hasil penelitian ini menimbulkan kekhawatiran bahwa wilayah kering dan semi-kering bisa lebih rentan kebakaran hutan dan panas ekstrem.


FITRA Ungkap 3 Krisis Lingkungan yang Mengancam Masa Depan, Apa Saja?

16 Desember 2023

Sejumlah masyarakat dan nelayan yang tergabung dalam komunitas pegiat lingkungan Lingkar Juang Karimunjawa bersama aktivis lingkungan Greenpeace Indonesia dan lintas komunitas pecinta alam menggunakan kayak sambil membentangkan spanduk saat aksi SaveKarimunjawa di tepi pantai yang tercemar limbah tambak udang di Desa Kemujan, kepulauan wisata bahari Karimunjawa, Jepara, Jawa Tengah, Selasa, 19 September 2023. Dalam aksi tersebut mereka menuntut penutupan tambak udang vaname intensif sebanyak 39 titik tak berizin karena merusak ekosistem lingkungan hidup, mengganggu sektor ekonomi masyarakat nelayan, petani rumput laut serta pariwisata akibat pencemaran sisa limbah dan deforestasi hutan mangrove yang juga dinilai akan memperparah krisis iklim. ANTARA FOTO/Aji Styawan
FITRA Ungkap 3 Krisis Lingkungan yang Mengancam Masa Depan, Apa Saja?

Sekretaris Jenderal Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA), Misbah Hasan, mengungkap tiga krisis lingkungan yang mengancam masa depan bumi dan manusia (triple planetary crisis). Apa saja?