Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Hari Kontrasepsi: Sejarah Kondom, dari Kulit Binatang hingga Lateks

image-gnews
Ilustrasi kondom. Sumber: Pixabay/asiaone.com
Ilustrasi kondom. Sumber: Pixabay/asiaone.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Setiap 26 September diperingati sebagai Hari Kontrasepsi Dunia (WCD). Mengutip dari laman resmi WHO, WCD diperingati untuk memberi perhatian hak semua pasangan dan individu dalam memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab mengenai jumlah serta jarak kelahiran anak mereka.

Peningkatan akses ke kontrasepsi murah dan pemanfaatannya melalui program keluarga berencana, menurut WHO, telah mengurangi kehamilan berisiko tinggi; kematian ibu dan anak; kehamilan remaja dan tidak direncanakan; dan peningkatan kesehatan serta gizi anak.

 

Salah satu alat kotrasepsi yang umum digunakan adalah kondom. Kondom telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Dari awal, kondom telah digunakan sebagai metode pengendalian kelahiran dan sebagai tindakan perlindungan terhadap Penyakit Menular Seksual (PMS).

Sebelum pil kontrasepsi dikenal, kondom merupakan metode pengendalian kelahiran paling populer di dunia barat. Pro-kontra pun selalu menyertai perjalanan sejarah kondom.

Menurut The Humble Little Condom: A History karya Aine Coiller, berikut ini sejarah panjang kondom:

11.000 SM

Melansir dari laman Sexinfo, tampilan pertama kondom diketahui ada sekitar 11.000 SM. Grotte Des Combarrelles, salah satu gua di Prancis, terdapat lukisan di dinding yang menggambarkan kondom. Para ilmuwan pun meyakini lukisan itu sebagai bukti awal keberadaan kondom di era tersebut.

1000 SM

Sekitar 1000 SM, masyrakat Mesir, Romawi, Cina, dan Jepang membungkus dengan kulit binatang atau menggunakan sarung linen untuk melindungi penis dari serangga dan penyakit tropis lainnya.

Pada era ini, orang-orang belum menggunakannya sebagai alat kontrasepsi. Namun, bangsa Romawi kemudian mengembangkannya sebagai alat kontrasepsi.

Tahun 1400-an

Glans Condom merupakan kondom pertama yang digunakan oleh orang Cina dan Jepang. Kondom ini berfungsi menutupi kepala penis untuk mengontrol kelahiran dan mencegah infeksi. 

Di Cina, kondom ini dibuat dari usus domba atau kertas sutra yang diminyaki. Sementara itu, di Jepang kondom ini dibuat dari kulit kura-kura atau tanduk binatang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tahun 1500-an

Ahli anatomi dan dokter dari Italia, Gabriello Fallopio menerbitkan De Morbo Gallico (1954) yang mendeskripsikan penggunaan kondom untuk pencegahan penyakit sifilis. Kondom ini terbuat dari selubung linen untuk direndam dalam larutan kimia dan dibiarkan mengering sebelum digunakan. Fungsinya untuk menutupi kepala penis dengan sebuah pita.

Tahun 1600-an

Pada abad ke-17, Dr. Condom atau Earl of Condom, dokter Raja Charles II di Inggris, menemukan alat untuk mencegah penyakit kelamin yang terbuat dari selubung usus domba. Uniknya, nama kondom diduga berasal dari nama sang dokter ini.

Tahun 1800-an

Charles Goodyear, seorang ahli kimia dan insinyur manufaktur dari Amerika Serikat menemukan vulkanisasi karet pada 1839. Vulkanisasi karet ini kemudian dipakai dalam pembuatan kondom yang elastis dan kuat. Kondom pertama baru diproduksi pada 1855.

Tahun 1900-an

Pada 1912, Julis Fromm, ahli kimia dari jerman menciptakan metode baru untuk memproduksi kondom. Ia mencelupkan cetakan kaca ke larutan karet mentah untuk membentuk tekstur pada kondom.

Kemudian pada 1920, muncul kondom berbahan lateks yang lebih tipis dan kuat. Produsen kondom lateks pertama adalah Young’s Rubber Company dari Amerika Serikat. Kondom ini pun diproduksi massal dan jauh lebih terjangkau daripada kondom linen.

Lalu, pada 1995 mulai diperkenalkan kondom plastik yang lebih kuat, tipis, dan bisa dilapisipelumas. Namun, kondom jenis ini tdiak begitu populer.

Tahun 2000-an

Sebagai alat kontrasepsi yang mudah dipakai, kondom berkembang dengan pesat. Di era modern sekarang banyak variasi kondom yang tersedia. Baik dari segi tekstur, ukuran, bentuk, warna, dan bahkan beberapa memiliki rasa.

M. RIZQI AKBAR

Baca juga:

Pria Gunakan Alat Kontrasepsi Gairah Seksual Bisa Ambyar?

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

13 hari lalu

Ilustrasi Serangan Jantung. thestar.com.my
WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

Kenali ragam penyakit kardiovaskular yang menjadi penyebab utama kematian secara global.


Guru Besar IPB Bicara Domba, dari Evolusi dan Ras hingga Kondom dan Kloning

16 hari lalu

Ilustrasi domba, bulu domba. Times India
Guru Besar IPB Bicara Domba, dari Evolusi dan Ras hingga Kondom dan Kloning

Domba disebut pakar ekologi dari IPB ini sangat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan sekaligus salah satu hewan ternak yang unik.


Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

17 hari lalu

Ilustrasi protokol kesehatan / menjaga jarak atau memakai masker. ANTARA FOTO/FB Anggoro
Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

Hari Kesehatan Sedunia 2024, diharapkan terwujudnya kesehatan bagi semua agar mendapat akses pelayanan kesehatan bermutu.


Perjalanan Penetapan Hari Kesehatan Dunia, Bareng Berdirinya WHO

18 hari lalu

Logo Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terpampang di pintu masuk kantor pusatnya di Jenewa, 25 Januari 2015. [REUTERS / Pierre Albouy / File Foto]
Perjalanan Penetapan Hari Kesehatan Dunia, Bareng Berdirinya WHO

Kilas balik Hari Kesehatan Dunia dan terbentuknya WHO


Hati-hati Konsumsi Daging Merah Berlebihan Berbahaya Bagi Kesehatan

19 hari lalu

Ilustrasi daging merah. Pixabay.com
Hati-hati Konsumsi Daging Merah Berlebihan Berbahaya Bagi Kesehatan

Jika daging sapi atau daging merah dikonsumsi berlebihan dapat mengancam kesehatan. Bagaimana sebaiknya?


Kepala WHO Akui Rumah Sakit Al Shifa Gaza Hancur

21 hari lalu

Warga Palestina memeriksa kerusakan di Rumah Sakit Al Shifa setelah pasukan Israel mundur dari Rumah Sakit dan daerah sekitarnya setelah operasi dua minggu, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Kota Gaza 1 April 2024. REUTERS/Dawoud Abu Alkas
Kepala WHO Akui Rumah Sakit Al Shifa Gaza Hancur

Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Rabu, 3 Apil 2024, mengungkap kehancuran di Rumah Sakit Al Shifa di Gaza


Studi: Hanya Tujuh Negara Penuhi Standar Kualitas Udara WHO, Indonesia Belum

36 hari lalu

Gedung-gedung diselimuti polusi udara di kawasan Kota Jakarta, Selasa 24 Oktober 2024. Kualitas udara di Jakarta pada Selasa (24/10/2023) pagi tidak sehat dan menempati peringkat ke 4 terburuk di dunia. Berdasarkan data IQAir, tingkat polusi di Ibu Kota berada di angka 170 AQI US pada pukul 06.00 WIB. Peringkat kualitas udara Jakarta saat ini berada di posisi ke-4 di dunia dengan indikator warna merah, yang artinya tidak sehat. Adapun indikator warna lainnya yaitu ungu yang berarti sangat tidak sehat, hitam berbahaya, hijau baik, kuning sedang, dan oranye tidak sehat bagi kelompok sensitif. TEMPO/Subekti.
Studi: Hanya Tujuh Negara Penuhi Standar Kualitas Udara WHO, Indonesia Belum

Laporan IQAir memaparkan hanya tujuh negara yang kualitas udaranya memenuhi standar WHO.


Ketua MER-C Ungkap Tantangan Kirim Tim Medis ke Gaza

36 hari lalu

Presidium Lembaga Medis dan Kemanusiaan (MER-C) Faried Thalib dan Sarbini Abdul Murad saat konferensi pers di kantor MER-C Indonesia, Jakarta Pusat pada Selasa, 19 Maret 2024. TEMPO/Nabiila Azzahra A.
Ketua MER-C Ungkap Tantangan Kirim Tim Medis ke Gaza

Tim medis yang dikirim oleh MER-C berhasil mencapai Gaza dengan bantuan WHO.


11 Tenaga Medis MER-C Tiba di Gaza, Masuk dengan Bantuan WHO

37 hari lalu

Presidium Lembaga Medis dan Kemanusiaan (MER-C) Faried Thalib dan Sarbini Abdul Murad saat konferensi pers di kantor MER-C Indonesia, Jakarta Pusat pada Selasa, 19 Maret 2024. TEMPO/Nabiila Azzahra A.
11 Tenaga Medis MER-C Tiba di Gaza, Masuk dengan Bantuan WHO

MER-C bekerja sama dengan WHO untuk mengirim tim medis yang beranggotakan 11 orang ke Gaza.


Organisasi Bantuan Global Bicara Bencana Kesehatan di Gaza: Belum Pernah Ada Horor Seperti Ini

38 hari lalu

Ekspresi seorang anak Palestina saat antre untuk menerima makanan selama bulan suci Ramadan, saat konflik antara Israel dan Hamas berlanjut, di Rafah, di selatan Jalur Gaza 13 Maret 2024. REUTERS/Mohammed Salem
Organisasi Bantuan Global Bicara Bencana Kesehatan di Gaza: Belum Pernah Ada Horor Seperti Ini

Bahkan jika perang di Gaza berakhir besok sekalipun, mereka yang bertahan akan menghadapi konsekuensi kesehatan satu dekade, bahkan sepanjang hidup.