TEMPO.CO, Jakarta - Jual beli barang mewah secondhand alias preloved, seperti tas, sepatu, dan aksesori, kian marak. Menurut Lia Kurtz, pendiri toko barang preloved mewah Sparkling Society, dibanding harga baru, harga barang second lebih terjangkau. "Tentu harganya berbeda," katanya ketika ditemui di Kuningan City, Jakarta Selatan, Kamis, 27 Oktober 2016.
Anda Bukan Cinta Utamanya
Lia biasa menerima titipan tas, sepatu, dan aksesori second mewah untuk dijual di Sparkling Society. Soal harga jual barang titipan tersebut, dia mengaku tak memberi patokan. Namun Lia ikut memberikan pertimbangan kepada pemilik soal kira-kira harga yang sesuai untuk barang preloved yang kondisinya masih bagus. "Saya memberikan masukan," ucapnya.
Sparkling Society, menurut dia, hanya menerima barang yang kondisinya masih 90 persen. Meski barang yang akan dijual kondisinya masih bagus, Lia menyarankan pemilik tak melepaskan barangnya dengan harga yang tak jauh berbeda dengan harga baru. Musababnya, ia juga mesti mempertimbangkan sisi psikologis konsumen.
Pembeli akan berpikir ulang jika harga yang ditawarkan masih tergolong mahal. "Misalnya, kalau barang baru harganya Rp 10 juta dan pemilik ingin menjual barang bekasnya Rp 8 juta, konsumen mending membeli yang baru," ujarnya.
Karakter pembeli di Indonesia, tutur dia, tak masalah mengeluarkan kocek Rp 1-2 juta lagi untuk mendapatkan barang baru dibanding barang second. Jadi, kalau harga barunya sekitar Rp 10 juta, dengan kondisi yang masih 90 persen, harga second-nya bisa berkurang hampir 40 persennya. "Kalau seperti ini, paling banyak bisanya Rp 6 juta," katanya.
Tapi tentu itu sebatas saran. Pemilik bisa meminta harga yang lebih tinggi. Namun risikonya ditanggung pemilik yang menitipkan barang tersebut. "Barangnya bisa enggak laku."
NUR ALFIYAH
Artikel terkait:
Miss Jinjing: Kalau Bisa Second, Ngapain Beli Baru
Jepang, Negara Pilihan Miss Jinjing Belanja Barang Preloved
Berapa Harga yang Pantas untuk Sebuah Tas Mewah Preloved?