"Dunia pemenang Nobel seperti kami adalah dunia riset, dengan semua jawaban atas semua pertanyaan mestilah memerlukan formula," kata Dudley Herschbach, peraih Nobel Kimia pada 1986. "Nah, puisilah yang mengembalikan kami kepada realitas bahwa seorang penemu tetaplah manusia biasa."
Dalam diskusi panel yang diselenggarakan Intel Corp itu, Herschbach dan lima peraih Nobel itu membangkitkan spirit bereksperimen para peneliti muda, termasuk enam siswa dan mahasiswa dari Indonesia. Mereka juga mengingatkan agar seluruh peserta kompetisi siap menghadapi kegagalan. "Yang terpenting adalah terus berproses. Jangan pernah takut berubah," ucap H. Robert Horvitz, pemenang Nobel Kimia 2002.
Herschbach dan Horvitz tampil bersama J. Michael Bishop, pemenang Nobel Kedokteran 1989; Martin Chalfie, pemenang Nobel Kimia 2008; Douglas Osheroff, pemenang Nobel Fisika 1996; dan Richard Roberts, pemenang Nobel Kedokteran 1993. "Jangan pernah bayangkan dunia pemenang Nobel selalu berada "di atas"," kata Bishop. "Ada rekan kami yang telah dua tahun melakukan riset dan pada akhirnya menemui kegagalan. Tapi, ia tetap tersenyum karena kegagalan itu ternyata membuka jalan bagi munculnya ide baru," Horvitz, 64 tahun, menambahkan.
Dalam dialog yang berlangsung di Los Angeles Convention Center selama dua jam itu, mereka juga mengungkapkan kekaguman pada ilmuwan ternama masing-masing. Herschbach memuja penemu teori relativitas Albert Einstein, Osheroff mengagumi fisikawan Richard Feynman, Bishop bahkan berangan-angan jika ia ditakdirkan hidup kembali, ia ingin melakukan riset bersama Marie Curie. "Tapi, saya meminta Anda semua untuk tak mendengarkan kami. Dengarkanlah suara dirimu sendiri dan suara eksperimenmu, bukan suara orang lain yang kalian kagumi," kata Chalfie, 64 tahun.
Alumnus Universitas Harvard yang kini menjadi profesor di bidang neurobiologi di Universitas Columbia, New York, Amerika Serikat, itu justru berangan-angan ia bisa melompat ke masa depan agar bisa mengetahui seberapa bermanfaatnya riset-riset ilmuwan di masa kini bagi kemanusiaan. "Jika ada yang harus disesali adalah mengapa penemuan saya tidak datang lebih cepat sehingga seharusnya bisa menyelamatkan lebih banyak orang," imbuh Horvitz, Profesor Biologi di Massachusetts Institute of Technology yang meneliti seberapa besar peran gen dalam mempengaruhi perilaku hewan.
Enam peraih Nobel itu menggarisbawahi tentang pentingnya setiap riset bisa memberi sumbangan lebih baik bagi kehidupan manusia. "Selamatkanlah lingkungan," ucap Horvitz.
Lantas hal apa yang membuat keenamnya merasa bahagia? Ternyata bukan uang jutaan dolar yang mereka terima dari riset-riset berskala Nobel atau menjadi orang terkenal di seluruh dunia. Hampir seluruh peraih Nobel itu menyebut menikah dan memiliki anak adalah puncak kebahagiaan yang mereka dapatkan. "Kalau saya, saya bahagia karena saya belum mati," kata Richard Roberts yang seketika mengundang gelak tawa peserta panel.
"Buat dia, hidup rupanya terasa lebih mudah," Bishop segera menyahut. Hadirin pun kembali tertawa.
Intel International Science and Engineering Fair (ISEF) berlangsung sejak Senin lalu dan akan berakhir Jumat mendatang. Peserta ISEF ke-17 itu akan berebut berbagai penghargaan yang seluruhnya mencapai lebih dari US$ 100 ribu. Hadiah terbesar bernilai US$ 75 ribu untuk The Gordon E. Moore Award. Moore adalah salah satu pendiri Intel CEO pertama Intel.
YOS RIZAL (LOS ANGELES)