Dari anggaran belanja modal sebesar itu, hingga kuartal pertama sudah digunakan sebesar USD$ 30 juta untuk membangun 365 tower. "Target di kuartal dua, kami bisa menyelesaikan 300 hingga 400 tower," kata Vice Presiden Direktur TBIG Hardi Wijaya Liong, usai acara Investor Day Bursa Efek Indonesia di Hotel Hyatt, Rabu, 18 Mei 2011.
Hardi optimistis target itu terpenuhi mengingat kondisi keuangan perusahaan penyedia jasa infrastruktur telekomunikasi itu kian membaik. Terkait dengan kondisi keuangan perusahaan, Chief Financial Officer TBIG, Helmi Yusman Santoso, mengatakan pendapatan usaha mencapai Rp 671,4 miliar tahun lalu. Angka ini melonjak 96 persen dari tahun sebelumnya.
Pendapatan disumbang dari perusahaan telekomunikasi pemakai jasa TBIG. Helmi melanjutkan, Telkom Group menyumbang 48,4 persen pendapatan usaha. Sisanya dari seluruh perusahaan telekomunikasi. Laba bersih perusahaan mencapai Rp 326,7 miliar, dan sebesar 34,86 persen dibagikan sebagai dividen kepada para pemegang saham.
Sebelumnya, Helmi pernah menyatakan target pengguna Base Transciever Station (BTS) atau tower pemancar sinyal mencapai 6.200 penyewa. Saat ini, perseroan memiliki 5.085 penyewa.
Saat ini harga sewa menara pemancar satu bulan mencapai Rp 15-17 juta per operator. Adapun rasio jumlah tower dan penyewa mencapai 1: 1,78 artinya satu tower disewa 1-3 operator.
Setiap tower yang dibangun perusahaan selalu disewa oleh operator. Tahun ini perseroan menerima permintaan pembangunan tower dari 70 persen PT Telkomsel Tbk. sisanya dari PT Indosat Tbk. dan PT XL Axiata Tbk.
MUHAMMAD TAUFIK