TEMPO Interaktif, Jakarta - Sri Sultan Hamengku Buwono X mengundurkan diri dari organisasi kemasyarakatan Nasional Demokrat atau Nasdem. Surat pengunduran diri tertanggal 6 Juli itu ditujukan kepada inisiator, deklarator, pengurus, dewan pertimbangan, dewan pakar, dan seluruh aktivis Nasdem. "Saya menyatakan mengundurkan diri, baik sebagai inisiator nasional maupun sebagai Ketua Dewan Pertimbangan dan anggota Nasional Demokrat," tulis Sultan pada alinea terakhir surat tersebut.
Kopi surat pengunduran yang Tempo dapatkan dari sumber terpecaya tersebut menggunakan logo Keraton Yogyakarta pada kepala surat halaman pertama. Di bawah logo tersebut, tertulis nama Sri Sultan Hamengku Buwono X dengan huruf cetak tebal. Pada kaki surat tertulis: The Yogyakarta Royal Palace Keraton Yogyakarta, disusul alamat dan nomor telepon.
Baca Juga:
Pada halaman kedua atau yang terakhir terdapat tanda tangan Sultan di bawah tulisan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dalam huruf kapital.
Dalam surat itu, Sultan menyatakan keberatan dengan lahirnya Partai Nasdem yang didaftarkan ke Dinas Kesbang Linmas di daerah-daerah dan ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia di tingkat pusat. Partai Nasdem, yang didirikan oleh aktivis ormas Nasdem dengan menggunakan logo, warna, dan tagline yang hampir sama dengan ormas Nasdem, menurut Sultan, sulit untuk menyatakan bahwa partai ini tak ada hubungan dengan ormas Nasdem.
"Menurut hemat saya, setiap pengambilan keputusan organisasi yang bersifat mendasar secara prinsipiil harus berlandaskan visi dan misi kelahirannya yang mengedepankan kebersamaan dalam keberagaman dan keberagaman dalam kebersamaan," tulis Sultan lagi.
Di awal surat, Sultan mengingatkan bahwa organisasi yang dideklarasikan oleh dirinya bersama Surya Paloh, dengan dukungan 45 tokoh lintas partai pada 1 Februari 2010 itu, merupakan wujud keprihatinan atas reformasi yang belum juga menampakkan hasil. Ormas ini diharapkan menjadi wadah bagi gerakan perubahan dan wahana restorasi Indonesia.
Untuk tujuan tersebut, menurut Sultan, Nasdem mereka gagas sebagai ormas yang mengerti politik. "Namun, bukan berbentuk parpol," tulis Sultan.
Bersama Surya Paloh, Sultan merupakan penggagas pendirian Nasdem. Saat ini Surya Paloh menjabat Ketua Umum Nasdem dan Sultan Ketua Dewan Pertimbangan. Pada kolom deklarator di website resmi Nasdem, nama Sultan berada para urutan kedua setelah Surya Paloh. Keduanya disebut sebagai inisiator nasional.
Tempo mencoba mengkonfirmasikan hal ini kepada pihak ormas Nasdem di Jakarta, tapi gagal. Sekjen Syamsul Muarif menolak memberi komentar karena sedang sakit dan saat ini non-aktif dari kepengurusan. "Tanya kepada Pak Ferry Mursyidan Baldan," katanya. Tapi Ketua Bidang Organisasi dan Keanggotaan Nasdem itu juga tak bisa dihubungi. Telepon selulernya tak diangkat. Pesan pendek yang dikirim pun tidak dibalas.
Sultan pun belum bisa dihubungi untuk konfirmasi. Tapi Tempo berhasil menghubungi istri Sultan, Gusti Kanjeng Ratu Hemas, yang sedang berada di Jakarta. GKR Hemas mengaku belum tahu soal pengunduran diri ini. "Dapat info dari mana? Setahu saya Bapak baru saja meresmikan Nasdem di Kalimantan," katanya.
ROFIUDDIN | PITO AGUSTIN RUDIANA | PHILIPUS PARERA