TEMPO Interaktif, New York - Michael Hawley, seorang pianis profesional dan ilmuwan komputer di Amerika Serikat, menyebut sosok Steve Jobs sebagai seorang konduktor orkestra yang luar biasa berbakat dan cemerlang. Hawley yang sudah bertahun-tahun mengenal Jobs menyebut pendiri Apple Incorporation menjalankan perusahaan layaknya seorang konduktor. "Steve telah melakukan pekerjaan yang besar merekrut bakat dasar yang luas dan mendalam," kata dia.
Dalam sejarah perusahaan, Steven P. Jobs, merupakan satu-satunya Chief Executive Officer yang paling sukses. Dia tak pernah mau disebut sebagai manajer, melainkan pimpinan. Gagasannya tentang kepemimpinan dilakukan dengan memilih orang-orang terbaik di perusahaan. Sebuah lingkungan dimana pekerjaan besar tercipta berkat tangan dingin Jobs.
Analis mengatakan, sepeninggal Jobs, tim Apple akan menghadapi tantangan lebih besar untuk mencapai kesuksesan. Rabu, 24 Agustus 2011 lalu, Jobs mengumumkan pengunduran dirinya sebagai CEO Apple. Kesehatan menjadi alasan utama pengunduran diri Jobs. Meski mundur, Jobs berjanji akan tetap menyumbangkan pikirannya untuk Apple. Dan hari ini, Kamis 6 Oktober 2011, Steve Jobs benar-benar meninggalkan Apple. Dia wafat pada usia 56 tahun.
Pada masa awal-awal di Apple, sebelum akhirnya dipaksa keluar tahun 1985, Jobs terkenal sebagai pemimpin yang terkenal ringan tangan, peduli dengan detail, sering memaki rekan kerja.
Tetapi kemudian, pertama di Pixar, studio animasi komputer yang dirikan, termasuk saat bertugas di Apple untuk yang ke dua kalinya, ia lebih mengandalkan orang lain, lebih banyak mendengarkan anggota, dan percaya tim desain dan bisnis.
Di Pixar, dengan tim kepemimpinan yang solid, studio tidak pernah berhenti berdetak dan terus menghasilkan satu hit kritis yang hampir semuanya diakui sukses secara komersial, termasuk Finding Nemo dan Wall-E. Ini terjadi saat Jobs sudah kembali ke Apple.
Jobs, analis mencatat, lebih banyak meluangkan waktunya di Pixar, dimana keputusan kreatif dipandu oleh John Lasseter. Pixar dijual ke Disney sebesar US$ 7,4 miliar pada 2006.
Di Apple, pengaruh Jobs jauh lebih langsung. Dia membuat keputusan akhir pada desain produk, jika tidak secara rinci. Tidak ada perubahan langsung, analis mengatakan, kemungkinan akan terlihat.
"Kabar baik bagi Apple adalah road map produk di industri ini cukup untuk dua sampai tiga tahun yang akan datang," kata David B. Yoffie, profesor di Harvard Business School.
"Jadi, 80 persen menjadi 90 persen dari apa yang akan terjadi di waktu yang akan sama, bahkan tanpa Steve Jobs." Yoffie menambahkan.
"Tantangan yang sebenarnya untuk Apple," Mr Yoffie melanjutkan, "Apa yang akan terjadi di luar road map itu. Apple akan membutuhkan seorang pemimpin baru dengan cara menciptakan dan mengelola bisnis baru di masa depan. "
Timothy Cook, sang pengganti Jobs juga tak bisa dianggap enteng. Dia menjadi CEO, sekaligus mengendalikan perusahaan saat Jobs terbaring sakit. Tetapi keterampilan yang terbesar adalah sebagai seorang ahli operasi, bukan pemimpin tim desain produk--seperti bakat Jobs.
Di Apple, Jobs merupakan arbiter tertinggi pada produk. Sebagai contoh, tiga prototipe iPhone diselesaikan selama satu tahun. Dua yang pertama gagal memenuhi standar versi Jobs. Prototipe ketiga mendapat anggukan dan iPhone dikapalkan pada bulan Juni 2007.
Menurut Jobs, keputusan desain dibentuk oleh pemahaman tentang teknologi dan budaya populer. Studi sendiri dan intuisi, fokus bukan kelompok, yang memandunya. Ketika seorang reporter bertanya apa dia melakukan riset pasar untuk masuk ke iPad, Jobs menjawab, "Tidak ada. Ini bukan tugas konsumen untuk mengetahui apa yang mereka inginkan. "
NEW YORK TIMES | ERWINDAR