TEMPO Interaktif, Jakarta - Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) belum menurunkan atau menaikkan status Gunung Anak Ranakah di perbatasan Kabupaten Manggarai dan Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Sebab, kegempaan gunung yang berstatus siaga (level III) masih fluktuatif.
"Kegempaan sangat fluktuatif. Kadang mengalami kenaikan, terkadang juga turun, sehingga statusnya masih level III," kata petugas pos pemantau gunung Anak Ranakah, Bernadus Taut, yang dihubungi Tempo dari Jakarta, Rabu 12 Oktober 2011.
Pusat Vulkanologi telah menaikkan status Gunung Anak Ranakah dari waspada atau level II menjadi siaga atau level III karena adanya peningkatan aktivitas kegempaan sejak 8 September 2011 lalu. Tidak hanya itu, asap putih juga terlihat sudah membubung dari puncak gunung itu. Kubah lava gunung itu makin membesar dan dapat menghasilkan aliran awan panas.
Menurut Bernadus, berdasarkan pantauan aktivitas Anak Ranakah hari ini, sejak pukul 01.00 WITA hingga pukul 06.00 WITA hanya terjadi dua kali gempa. Sedangkan, sejak pukul 12.00 WITA hingga 18.00 WITA sudah terjadi delapan kali gempa vulkanik A dan satu kali gempa vulkanik dangkal. "Gempanya sangat fluktuatif. Sering naik turun," katanya.
Selain itu, lanjut Bernadus, asap solfatara tipis terus membubung antara 10-15 meter dari gunung tersebut. Namun, asap itu tidak beracun sehingga pihaknya belum mengeluarkan rekomendasi agar warga di lereng gunung tersebut mengungsi ke tempat yang lebih aman. "Gunung masih aman. Jadi, belum ada warga harus mengungsi," katanya.
Walaupun masih sangat fluktuatif, namun Pusat Vulkanologi melarang warga di sekitar Kali Waiteko dan Waireno untuk beraktivitas. "Sudah ada larangan agar warga tidak melakukan aktivitas pertambangan di wilayah itu," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTT Tini Thadeus.
Gunung Anak Ranakah terakhir meletus pada 11 Januari 1988 lalu dengan ketinggian asap hingga delapan kilometer, disertai luncuran aliran awan panas.
YOHANES SEO