TEMPO Interaktif, Jakarta - Impor Rempah terus meningkat dari tahun ke tahun. Volumenya meningkat lebih pesat daripada ekspor rempah Indonesia ke luar.
Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengungkap data ekspor-impor rempah dari Dewan Rempah Indonesia. Ekspor rempah Indonesia pada tahun 2009 mencapai US$ 796 juta. Tahun 2010, ekspor naik menjadi US$ 1,165 miliar. Pada periode Januari-Agustus tahun 2011 mencapai US$ 853 juta. "Tahun 2011, diperkirakan masih akan naik US$ 1,2-1,3 miliar hingga akhir tahun," kata Bayu saat berbincang dengan wartawan di ruang pers Kementerian Perdagangan Jumat, 18 November 2011.
Pada tahun 2009 impor rempah mencapai US$ 409 juta. Tahun 2010 naik menjadi US$ 539 juta. Per Januari-Agustus 2011 mencapai US$ 63 juta. Akhir tahun 2011 impor diperkirakan bisa mendekati 750-800 juta.
Menurut Bayu, pertumbuhan impor meningkat lebih pesat daripada ekspor. Padahal, Indonesia adalah salah satu produsen rempah yang cukup potensial. Gambaran ekspor-impor rempah ini menunjukkan bagaimana pentingnya pasar domestik. "Kita harus betul-betul menjaga pasar domestik ini," ujar Bayu.
Kementerian Perdagangan mengajak Dewan Rempah mengembangkan kualitas rempah. Dimulai dari pendataan. Saat ini sudah 200 dari 1.100 jenis tanaman rempah di Indonesia. "Kita ingin jaga itu, sjangan sampai hilang," ujar Bayu.
Bayu juga menegaskan, rempah akan menjadi salah satu produk yang akan menjadi fokus Kementerian Perdagangan dalam penguatan kepentingan pasar domestik. "US$ 1 miliar di ekspor itu kontribusi yang tidak kecil untuk rempah," kata dia.
Untuk Ekspor rempah, menurut Bayu, antara lain Pala, Lada, Jahe, Temulawak, Cengkeh, dan Kapulaga. Kemudian untuk ekspor, antara lain bawang, cengkeh, dan jahe.
FEBRIANA FIRDAUS