TEMPO Interaktif, Jakarta - Keran impor gula diperkirakan bakal kembali dibuka tahun depan. Kementerian Perdagangan menilai produksi gula saat ini masih kurang sehingga belum mampu memenuhi target sebesar 1,7 juta ton, bahkan setelah diturunkan menjadi 1,3 juta ton sekalipun.
Deputi Kementerian BUMN Bidang Usaha Industri Primer, Megananda Daryono, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR di Senayan Senin awal pekan ini mengatakan, jumlah produksi gula perusahaan negara pada tahun ini hanya akan tercapai sebesar 1,36 juta ton. Angka ini baru mencapai 78,42 persen dari target Rencana Kerja Anggaran Pemerintah (RKAP) 2011 sebesar 1,7 juta ton.
Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi menjelaskan, produksi gula tahun ini mencapai 2,3-2,4 juta ton. "Untuk awal tahun masih kurang 300-500 ribu ton," ujarnya. Karena itu, saat ini ada indikasi pasokan gula di dalam negeri sedang kekurangan. "Jadi, ada kemungkinan impor (gula)," ujarnya saat berbincang dengan wartawan di ruang pers kementerian hari ini, Jumat, 25 November 2011.
Wakil Sekretaris Jenderal Ikatan Ahli Gula Indonesia Adig Suwandi membenarkan adanya penurunan produksi gula. Angka ramalan produksinya bahkan lebih pesimistis dari pemerintah. "Perkiraan saya malah tak sampai 2,3 juta ton, tapi 2,15 juta ton," ujarnya saat dihubungi Tempo hari ini.
Menurut Adig, penurunan produksi lebih disebabkan faktor iklim. Setelah hujan berkepanjangan pada 2010, Indonesia mengalami kemarau sepanjang tahun. "Ini mengakibatkan tanaman mengalami penggabusan, berdampak pada turunnya berat tebu dan berpengaruh pada produksi," ujar dia.
Faktor lainnya adalah menyebarnya penyakit karat daun. "Ada semacam jamur di daun. Jamur ini mengganggu proses pembentukan gula di batang tebu," ujar dia.
Dengan turunnya produksi hingga 2,15 juta ton ini, otomatis Indonesia butuh 400-500 ribu ton. Adig memperkirakan impor gula ini akan dilakukan pada Maret dan April.
Menurut dia, masuknya gula impor sebaiknya tidak di daerah sentraproduksi, seperti Jawa Timur. "Jawa Timur tak perlu impor. Pelabuhan Surabaya digunakan entry port, misal ke Bali dan NTB," terangnya. Bentuk gula yang diimpor diperkirakan dalam bentuk gula putih kristal.
Rencana impor termasuk juga gula rafinasi. Tapi soal gula rafinasi ini masih dalam perdebatan lantaran ada resistensi dari petani tebu. Gula rafinasi biasanya dikonsumsi oleh industri makanan dan minuman, bukan oleh industri rumah tangga.
FEBRIANA FIRDAUS | ERWINDAR