TEMPO.CO , Jakarta: Sutradara Garin Nugoro memerlukan dana Rp 12 miliar untuk film terbarunya, Soegija. Namun modal miliaran rupiah itu tidak seluruhnya keluar dari kantong Garin atau produser Soegija, Djaduk Ferianto. Melainkan dari sumbangan masyarakat melalui Pusat Kateketik (Puskat) di Yogyakarta, gereja, dan sejumlah komunitas di luar umat Katolik.
"Dana dikumpulkan dengan menjual kupon. Ada juga yang mengumpulkan dana dari mulut ke mulut," kata Garin waktu ditelepon Tempo, Selasa, 1 Mei 2012. "Tapi saya tidak tahu pasti bagaimana Puskat dan komunitas mengumpulkan dana itu."
Duit Rp 12 miliar merupakan dana paling besar dalam sejarah Garin membuat film. Tapi menurutnya, uang sebesar itu masih tergolong kecil. Sebab masih banyak film Indonesia lain yang biaya produksinya di atas Soegija. "Sang Pencerah itu sampai Rp 14 miliar. Biaya Soegija termasuk kecil untuk era ini," ujarnya.
Film Soegija bercerita tentang perjuangan Uskup Mgr. Albertus Soegijapranata melawan penjajah waktu Perang Pasifik 1940-1949 melalui artikel yang dikirimnya ke media asing. Ia berjuang secara silent diplomacy. Soegijapranata juga memindahkan Keuskupan Semarang ke Yogyakarta untuk mendukung pemindahan Ibu Kota Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta.
Untuk menghidupkan suasana layaknya Perang Pasifik, Garin menggunakan 2.275 pemain. Beberapa di antaranya dipilih langsung dari Belanda, Jepang, dan Cina. Dalam satu hari, kata Garin, pemain yang berlakon mencapai 100-150 orang. Dan hampir tiap hari dia mengusir pemain yang tidak memberikan ekspresi sesuai karakter tokohnya.
Rencananya, Soegija diputar pada 7 Juni 2012. Berbeda dengan film Garin sebelumnya, yang sulit dimengerti dan sarat dengan sastra, Soegija bisa ditonton masyarakat umum. "Soegija film hiburan yang bisa ditonton anak-anak kelas 5 SD sampai nenek-kakek," ujarnya.
CORNILA DESYANA