TEMPO.CO, Jakarta- Produksi kedelai tahun ini diperkirakan turun 8,40 persen. Hal ini terungkap pada siaran pers Angka Ramalan I (ARAM I) 2012 yang diumumkan Badan Pusat statistik (BPS) hari ini. Produksi kedelai tahun ini berdasarkan ARAM I 2012 sebesar 779,74 ribu ton biji kering atau turun 71,55 ribu ton dibanding tahun lalu.
\"Penurunan produksi kedelai tahun ini yang relatif besar terdapat di Provinsi Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Jawa Barat, Sumatera Utara, dan Lampung,\" kata Kepala BPS, Suryamin, dalam konferensi persnya di kantor BPS, Jakarta, Senin, 2 Juli 2012.
Ada dua faktor penurunan produksi kedelai, yaitu penurunan luas panen dan produktivitas. BPS mencatat tahun ini diperkirakan luas panen menyusut 8,93 persen atau turun 55,56 ribu hektare. Sedangkan produktivitas turun 0,58 persen menjadi 0,08 kuintal per hektare.
BPS, kata Suryamin, membagi angka penurunan produksi kedelai menjadi beberapa subround. Pada subround Januari-April 2012 produksi turun sebesar 34,09 ribu ton (13,70 persen), Mei-Agustus sebesar 1,25 ribu ton (0,50 persen), dan September-Desember turun sebesar 36,21 ribu ton (10,30 persen). \"Itu angka penurunan dibandingkan dengan produksi pada subround yang sama tahun 2011, atau year on year,\" ujarnya.
Meski begitu BPS tetap mencatat adanya kenaikan produksi kedelai di sejumlah daerah. Kenaikan produksi terdapat di Provinsi Jawa Tengah, Aceh, Nusa Tenggara Timur, Gorontalo, dan Banten.
Sementara itu Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Udhoro Kasih Anggoro mengatakan faktor utama penurunan produksi kedelai akibat konversi lahan dan keengganan petani kedelai menanam komoditas itu.
\"Petani banyak beralih menanam jagung dan padi karena tidak ada insentif harga bagi petani,\" kata Anggoro usai konferensi pers.
Menurut dia, harga yang diterima petani kedelai paling rendah dibandingkan komoditas lain. Biaya pokok menanam kedelai tidak sebanding dengan keuntungan yang didapat petani, sehingga petani cenderung beralih ke komoditas lain.
\"Kalau ingin kedelai lebih banyak ditanam, penyuluhan paling baik adalah insentif harga atau jaminan keuntungan,\" katanya. Sayangnya, dia tidak menyebutkan pemerintah bisa menjanjikan insentif seperti apa.
Dia hanya optimistis pemerintah mampu mencapai produksi kedelai 1,9 juta ton tahun ini. Optimisme itu hanya didasarkan pada peluang dari sisa pertanaman Mei hingga September yang belum direalisasikan.
\"Kami akan memanfaatkan lahan-lahan yang ada karena lahan yang cocok untuk kedelai itu luas. Tahun 1990-an kami punya cerita sukses swasembada kedelai,\" ujarnya.
ROSALINA