Makanan Kedaluwarsa Ditemukan di Surabaya  

Makanan Kadaluwarsa/TEMPO/Novi Kartika
Makanan Kadaluwarsa/TEMPO/Novi Kartika

TEMPO.CO, Surabaya - Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur, Budi Setiawan, meminta masyarakat waspada terhadap peredaran makanan kedaluwarsa di pasaran, terutama menjelang puasa Ramadan dan Lebaran.

Menurut Budi, berdasarkan hasil inspeksi mendadak tim pengawasan terpadu, Jumat, 13 Juli 2012, ditemukan peredaran barang yang tidak sesuai standar dan kedaluwarsa di sejumlah pasar tradisional dan pusat perbelanjaan di Surabaya dan Sidoarjo.

Tim pengawasan terpadu tersebut terdiri atas petugas sejumlah instansi tingkat provinsi Jawa Timur. Selain Dinas Perindustrian dan Perdagangan, juga melibatkan Kepolisian Daerah Jawa Timur, Bea Cukai, Dinas Pertanian, Dinas Perikanan, serta Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).

Berdasarkan pantauan Tempo yang ikut dalam inspeksi mendadak, di sebuah toko di Pasar Genteng, Surabaya, ditemukan makanan emping melinjo, lurjuk, dan ikan asin yang telah kedaluwarsa. Selain itu, ditemukan sosis babi tanpa label dan ikan kering yang telah rusak.

Di toko lainnya ditemukan penyedap rasa impor dan ikan kaleng impor tanpa label serta penjelasan kedaluwarsanya. Juga ditemukan jamur kering dan sosis impor tanpa label serta penjelasan bahasa Indonesia. Bahkan di Pasar Genteng juga ditemukan beberapa buah dan sayur mayur impor, seperti apel, pepaya, dan kol yang diduga dilapisi formalin sehingga lebih awet.

Sedangkan di supermarket Total Buah Segar yang terletak di Tunjungan Elektronic Center, banyak ditemukan sayuran dan buah impor yang tidak memiliki keterangan (label), izin, standar mutu, dan tanggal kedaluwarsa. "Bahan-bahan makanan kedaluwarsa dan tidak sesuai standar banyak ditemukan. Kami minta masyarakat lebih berhati-hati," kata Budi, Jumat, 13 Juli 2012.

Berbagai jenis makanan yang ditemukan dalam inspeksi mendadak tersebut, kata Budi, akan diuji di laboratorium. Sebab, perlu dipastikan apakah sesuai mutu standar nasional Indonesia atau tidak. Juga apakah mengandung bahan berbahaya atau tidak. Adapun hasil uji laboratorium akan ditindaklanjuti oleh masing-masing instansi.

Budi mengatakan pengawasan terhadap makanan yang tidak sesuai standar harus ditingkatkan karena tingkat konsumsi makanan meningkat drastis pada puasa dan Lebaran. Budi juga mengatakan masih banyak tempat yang dicurigai menjual makanan yang tidak sesuai standar. "Jangan sampai masa puasa dan Lebaran dimanfaatkan produsen atau importir nakal untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan cara menjual makanan rusak kepada konsumen," ujarnya.

DINI MAWUNTYAS