TEMPO.CO , Jakarta--PT Graha Layar Prima, pengelola jaringan bioskop Blitzmegaplex akan punya induk baru sebelum Lebaran nanti, yakni MNC Groups milik Hary Tanoesoedibjo. Grup MNC sebenarnya bukan calon investor utama yang dibidik untuk menyelamatkan perseroan. Siapa saja yang pernah di-"lamar" menjadi investor Blitzmegaplex?
Sebelumnya MNC, Blitz berharap bisa menggandeng Lotte Group, yang berminat menanamkan modalnya di Indonesia. Perusahaan asal Korea Selatan ini sudah memiliki jaringan hipermarket di Indonesia—dibeli dari Makro, Belanda. Masalahnya, industri perbioskopan masih tercatat dalam daftar negatif investasi yang menutup peluang investor asing.
Tak hilang akal, melalui A.M. Hendropriyono, Blitzmegaplex mendekati CT Corp milik Chairul Tanjung. Kebetulan, selain menjadi Komisaris Utama Graha Layar Prima, Hendropriyono komisaris PT Carrefour Indonesia, yang 40 persen sahamnya dimiliki CT Corp. Tapi CT Corp menolak tawaran pembelian senilai utang Blitz untuk separuh saham Graha Layar Prima. "Hitungannya tidak masuk," kata Ishadi S.K., juru bicara CT Corp, akhir bulan lalu. Bukan hanya soal harga, kata dia, "Tapi juga dikaitkan dengan strategi bisnis ke depan."
Gagal merayu Chairul Tanjung, perhatian Blitz beralih kepada Lippo Group. Dengan bantuan Peter F. Gontha, Komisaris Utama PT First Media Tbk, anak perusahaan Lippo di bidang televisi berbayar dan layanan data, manajemen Graha Layar Prima mempresentasikan bisnisnya di hadapan bos Lippo, James Riady. Semula Lippo tertarik karena kebetulan grup memiliki banyak gedung yang bisa dipakai untuk ekspansi bioskop.
Namun lagi-lagi upaya Blitz mentok karena Lippo mundur teratur. Salah satu faktornya, kata sumber Tempo di Lippo, banyak gedung milik grup yang telah menjalin kerja sama dengan 21Cineplex. Peter membenarkan informasi tersebut. "Tapi kami belum siap karena sedang mengkonsolidasikan bisnis terlebih dulu," katanya. Meski demikian, Peter tak menutup peluang. "Ke depan, siapa yang tahu. Intinya, kami ingin ikut memajukan bisnis ini."
Belakangan, angin segar datang dari Kebon Sirih—markas pusat MNC. Sejak Mei lalu, kedua korporasi bertemu intensif memuluskan rencana jual-beli ini. MNC hakulyakin pengalamannya selama ini, terutama pada anak perusahaan PT MNC SkyVision Tbk, bisa memperkuat bisnis Blitz. Pengelola televisi berbayar Indovision itu terbiasa berhubungan dengan studio film besar Amerika Serikat, yang beberapa tahun terakhir distribusinya selalu didominasi Grup 21. "Kini tinggal memikirkan perluasan jaringan Blitz," kata sumber tadi.
AGOENG WIJAYA
Berita lain:
Pengusaha Bioskop Terima Aturan Baru
Bioskop Tua Kian Lesu
Dahlan Beri Hadiah Rp 50 Juta ke Karyawan Gemuk
Dahlan Beri Hadiah Avanza ke Karyawannya
Dahlan Akui Perintahkan Pergantian Direksi Merpati
Penyerapan Kredit Cinta Rakyat Jabar Terganjal