Polisi Terapkan Contra-Flow di Pantura  

Pemudik memadati jalan raya Sukamandi, Subang, Jawa Barat, Jumat (26/8). Puncak arus mudik melalui Jalur Pantura diperkirakan terjadi hari ini dan esok hari. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Pemudik memadati jalan raya Sukamandi, Subang, Jawa Barat, Jumat (26/8). Puncak arus mudik melalui Jalur Pantura diperkirakan terjadi hari ini dan esok hari. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo

TEMPO.CO , Jakarta: Untuk mengantisipasi membludaknya pemudik di sepanjang jalur Pantai Utara Jawa atau Pantura, kepolisian akan menerapkan sistem melawan arus atau contra-flow. Jadi, selain dua jalur yang mengarah ke Cirebon, polisi akan menyulap satu jalur Cirebon-Jakarta menjadi jalur mudik Jakarta-Cirebon.

Rencana ini bakal diterapkan di beberapa pusat kemacetan, seperti di depan pasar Sukamandi dan Ciasem, Subang. Sistem melawan arus ini juga akan dipakai di daerah sekitar Brebes. Empat lajur jalan aktif tiga jalur akan digunakan untuk ke arah Tegal, sedangkan yang satu berlaku normal.

Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Jawa Tengah Komisaris Besar Djihartono membenarkan rencana ini. "Untuk Jawa Tengah, sistem lawan arus akan diberlakukan di beberapa titik, terutama sepanjang jalur Pantai Utara," kata Djihartono kepada Tempo.

Di jalur mudik Pantura, jalan sekitar pasar Sukamandi dan Ciasem memang kerap disebut “jalur neraka". Kadang butuh berjam-jam untuk lolos dari kemacetan di daerah itu. Penyebab kemacetan di daerah itu adalah mobilitas warga yang tinggi di sekitar pasar. Keadaan biasanya makin parah dengan keberadaan para tukang ojek di pinggir pasar. "Di depan kedua pasar itu juga ada persimpangan jalan menuju permukiman warga, jadi selalu saja terjadi ramai," kata Asep.

Harlan, Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Subang, menambahkan, selain dilakukan rekayasa contra-flow, pihaknya bersama jajaran kepolisian akan memberlakukan sistem buka-tutup untuk masyarakat yang pulang dan menuju pasar.

Juru bicara Kepolisian Jawa Barat, Komisaris Besar Martinus Sitompul, menambahkan, selain memakai sistem lawan arus, polisi akan menutup 150 putaran dari 219 putaran yang ada di jalur itu. Langkah ini, menurut Martinus, untuk mengurangi kemacetan yang diakibatkan kendaraan yang berbalik arah. Rekayasa arus lainnya adalah mengarahkan pemudik yang menggunakan kendaraan roda dua ke Cikalong. Sedangkan bus tidak akan dikeluarkan di tol Cikopo, melainkan di Dawuan.

Daerah yang perlu diwaspadai sebagai titik rawan macet adalah daerah di dekat Brebes dan Tegal. Selain sistem melawan arus, untuk menghindari kemacetan di Tegal, pemudik yang akan ke Semarang dialihkan ke Slawi menuju Randudongkal, Kabupaten Tegal. Dari sana, pemudik akan diarahkan menuju Bantarbolang, lanjut ke Kedungjati, Kabupaten Pemalang, dan masuk di Pemalang kota.

Jalur di Tegal sendiri, menurut Djihartono, juga rawan macet sehingga di beberapa ruas jalan, terutama yang masuk ke kota, akan diberlakukan satu arah. Pemudik dari Brebes ketika masuk Tegal, tepatnya di Jalan Kapten Sudibyo, akan diarahkan menuju Jalan Kapten Ismail untuk menuju Semarang.

Adapun untuk arus mudik jalur selatan, polisi juga sudah siap mengantisipasinya. Untuk wilayah Nagreg, Bandung, pada H-7 Lebaran, kata dia, jalur turunan hanya digunakan untuk kendaraan dari arah Bandung menuju Tasikmalaya atau Garut.

Kepolisian juga akan mengandalkan lingkar Nagreg untuk mengurai kemacetan di daerah tersebut. "Rekayasa lalu lintas di lapangannya akan bergantung kondisi kemacetan pada saat itu," ujar Martinus.

SYAILENDRA | NANANG SUTISNA | ALI NY


Terpopuler:
Tak Dapat Tiket Mudik, Anggota TNI Ini Mengamuk

Hidangan Berbuka Puasa Khas Keraton Cirebon

Tangkap Calo Tiket Berhadiah Rp 500 Ribu

Gubernur Tak Izinkan Pemudik Motor Lewat Tol

Waspadai Modus Kejahatan Geser Tas Saat Mudik

Pembenahan Jalur Mudik Tidak Tuntas

Tangkap Calo Kereta, Berhadiah Rp 500 Ribu

Jelang Lebaran, Harga Tiket Jayapura-Jakarta Naik

Tempat Istirahat Pemudik di Jalan Lintas Sumatera

Selama Ramadan 30 Kebakaran di Jakarta Barat