TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian dinilai tidak serius melindungi penganut Syiah di Sampang, Jawa Timur. Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Ifdhal Kasim, mengatakan ketidakseriusan itu dapat dilihat dari cara polisi menanggapi laporan dari komunitas Syiah bahwa ada kumpulan massa yang sejak pagi mengepung tempat tinggal mereka.
"Sudah ada massa begitu banyaknya, polisi hanya menurunkan lima personel ke lokasi," kata Ifdhal di Jakarta, Selasa, 28 Agustus 2012.
Ifdhal mengatakan pengumpulan jumlah massa ini terjadi sejak sekitar pukul 08.00. Melihat jumlah massa yang berkumpul makin banyak, kata Ifdal, warga Syiah sebenarnya sudah melapor kepada kepolisian, baik di Polsek Omben maupun Polres Sampang.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Komnas, sejak 23-25 Agustus 2012 sejumlah warga telah melakukan sweeping di tiga desa di Kecamatan Omben. Mereka menghadang setiap warga yang keluar-masuk tiga desa tersebut. Sebab itu, kata Ifdhal, pengumpulan massa yang berujung pada penyerangan itu bukan hal tiba-tiba.
Sekitar 200 warga menyerbu permukiman komunitas Syiah di Dusun Nangkernang, Desa Karang Gayam, Omben, Sampang, Jawa Timur, Ahad, kemarin. Mereka melempari puluhan rumah dengan batu dan membakarnya.
Seorang penganut Syiah, Hamamah, 55 tahun, tewas akibat penyerangan ini. Hamamah merupakan kerabat dekat Tajul Muluk, pemimpin Syiah Sampang. Akhir Desember lalu, massa anti-Syiah membakar rumah Tajul.
Kepolisian membantah tak mengantisipasi konflik di Sampang. Menurut Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan Jawa Timur, Andy Irfan, saat penyerbuan ada dua polisi di tempat kejadian.
GADI MAKITAN
Berita lain:
MUI Kupang Kecam Kekerasan di Sampang
Marzuki Alie Malu Kericuhan Syiah Sampang
Polisi Tangkap Delapan Perusuh Sampang
Tragedi Sampang, 2 Menteri ke Madura
Budaya Carok Sampang Perkeruh Keadaan