Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Syiah Berkembang di Indonesia Pascarevolusi Iran  

image-gnews
Masjid Imam Hussein di Karbala, Irak. Tempat sakral bagi kaum Syiah Timur-tengah. djibnet.com
Masjid Imam Hussein di Karbala, Irak. Tempat sakral bagi kaum Syiah Timur-tengah. djibnet.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Bermula dari sebuah revolusi Islam Iran 1979. Ketika itu, seorang ulama Iran yang berdomisili di Prancis, Ayatullah Rohullah Khomeini, dan para pengikutnya berhasil menumbangkan pemerintahan otokrasi di Iran yang dipimpin oleh Mohammad Reza Shah Pahlavi, atau dikenal dengan Shah Iran.

Menurut Jalaluddin Rakhmat, penasihat IJABI (Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia), kemenangan kaum revolusioner Iran tersebut luar biasa karena dilakukan tanpa perlawanan senjata atau pertumpahan darah, melainkan dengan moral. “Pemerintahan otokrasi Iran dikalahkan oleh revolusi dengan xeroxisasi,” kata Jalaluddin kepada Tempo ketika ditemui di Sekretariat IJABI, Kamis, 30 Agustus 2012.

Xeroxisasi ini maksudnya adalah perlawanan Ayatullah Khomeini terhadap penguasa tirani Iran dari pengasingan di Prancis melalui pidato, ceramah, atau khotbah, yang selanjutnya diperbanyak dengan mesin fotokopi merek Xerox dan simpatisannya disebarluaskan ke seantero negeri Iran.

Sejak itu, gaung revolusi Iran yang dipimpin oleh Ayatullah Khomeini dengan ideologi Syiah-nya meretas jarak antarnegara, termasuk ke Pakistan, India, Malaysia, Indonesia, dan negara-negara Timur Tengah. Sebaliknya, Kerajaan Arab Saudi yang dikenal dengan penganut kuat paham wahabi mencurigai Iran bakal mengekspor ideologi Syiah ke negara penguasa Masjidil Haram ini. “Hal ini sangat membahayakan,” kata Jalaluddin.

Kendati ditentang oleh sebagian negara di Timur Tengah, semangat revolusi Iran melalui ideologi dan pemikiran Syiah disambut hangat oleh kalangan kampus dan intelektual Indonesia pada 1980-an. Buku-buku maupun tulisan lepas karya pemikir Iran, Ali Syari’ati, antara lain berjudul Haji; Misi Seorang Pemikir Bebas; Manusia Bebas dan Kebebasan Manusia; serta Mati Syahid, laku keras sekaligus menjadi bahan diskusi kalangan terbatas (usrah).

Pemikir Iran lainnya yang mendapatkan perhatian intelektual Indonesia adalah Murtadha Muthahari, seorang pemikir dan salah seorang arsitek revolusi Iran. Beberapa bukunya yang menjadi rujukan diskusi di kalangan kampus adalah Mengapa Kita Diciptakan; Manusia Sempurna; serta Islam dan Tantangan Zaman.

Buku-buku dari Iran yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia itu dibaca di kampus-kampus karena isinya penuh semangat revolusioner. Waktu itu, Jalaluddin memaparkan, pemerintah Indonesia sedang kuat-kuatnya menjalankan kebijaksanaan NKK/BKK (Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan) dengan cara memberangus segala kegiatan yang berbau politik melalui organisasi di lingkungan perguruan tinggi, termasuk melarang keberadaan Dewan Mahasiswa.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Akibat tekanan yang kuat terhadap kehidupan mahasiswa, maka mereka berhimpum ke masjid, disusul masuknya buku-buku dari Negeri Mullah,” ujarnya.

Pria yang mengaku sebagai penganut Syiah ini mengatakan gelora revolusi Islam Iran marak di hampir seluruh kampus di Pulau Jawa, terutama di Jawa Barat (Bandung), Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, Solo, dan sebagainya. “Saya tertarik dengan ideologi dan pemikiran Syiah pada 1982,” katanya.

Pendapat Jalaluddin mengenai perkembangan Syiah di kalangan kampus dibantah oleh Mutamimmul Ula, anggota Majelis Pertimbangan Partai Keadilan Sejahtera (MPP-PKS). Menurut mantan anggota DPR 1999-2009 dari PKS ini, pengaruh revolusi Iran di kalangan kampus pada 1980-an memang ada, namun mereka tak serta-merta mengikuti ideologi Syiah. “Meskipun sebagian para aktivis itu pada akhirnya menganut Syiah, tak semuanya. Mereka hanya terpengaruh oleh semangat revolusi Iran, namun tetap sebagai seorang Sunni,” kata Mutamimmul Ula kepada Tempo melalui telepon, Jumat, 31 Agustus 2012.

Pengaruh semangat revolusi Islam Iran, menurut bekas Ketua Umum PB PII (Pelajar Islam Indonesia) ini, mulai memudar pada awal 1990-an. Aktivis kampus justru memilih gerakan Tarbiyah atau Usroh. “Ideologi Syiah berpengaruh pada awal revolusi Islam Iran pada 1980-an di sini, namun pengaruh itu memudar awal 1990-an. Para aktivis lebih memilih gerakan Tarbiyah atau Usroh,” katanya.

CHOIRUL AMINUDDIN

Berita Lainnya:
Siapa Syiah, Siapa Sunni
Modus Baru Pencurian: Bugil
Asal Muasal Perpisahan Syiah dari Sunni
Mengenal 4 Kelompok dalam Syiah
Awal Perebutan Pengaruh Syiah-Sunni di Nusantara
Relawan Diusir Dari Pengungsian Syiah, Madura
Piagam'' Kesepakatan Syiah - Sunni

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Zakir Naik Ceramah di Bekasi Malam Ini, 42 Ribu Tiket Ludes

8 April 2017

Cendekiawan muslim, Zakir Naik, memberikan pemaparan saat kuliah umum di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), DI Yogyakarta, 3 April 2017. Selama mengunjungi Indonesia Zakir Naik melakukan dakwah di sejumlah daerah antara lain di Bandung, Yogyakarta, Ponorogo, dan Makasar. ANTARA FOTO
Zakir Naik Ceramah di Bekasi Malam Ini, 42 Ribu Tiket Ludes

Arif mengatakan, kapasitas sebenarnya 30-32 ribu, tapi ditambah lagi 10 ribu, sebagai hasil diskusi Zakir Naik dan Wali Kota Bekasi.


Zakir Naik di Bekasi, 28 Ribu dari 32 Ribu Kursi Stadion Telah Terisi  

4 April 2017

Aksi Ulama asal India, Zakir Naik saat memberi ceramah terbuka di hadapan ribuan masyarakat di kampus UPI, Bandung, Jawa Barat, 2 April 2017. TEMPO/Prima Mulia
Zakir Naik di Bekasi, 28 Ribu dari 32 Ribu Kursi Stadion Telah Terisi  

Arif mengatakan Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi menginginkan pendaftaran dibuka lebih walau kuota normalnya sekitar 31-32 ribu.


Zakir Naik, Hari Ini Panitia Bekasi Sebar Undangan Non-Muslim

4 April 2017

Aksi Ulama asal India, Zakir Naik saat memberi ceramah terbuka di hadapan ribuan masyarakat di kampus UPI, Bandung, Jawa Barat, 2 April 2017. TEMPO/Prima Mulia
Zakir Naik, Hari Ini Panitia Bekasi Sebar Undangan Non-Muslim

Arif tidak menyebut secara detail siapa saja yang diundang, karena nama-nama itu masih sensitif jika diumumkan.


Pendidikan Agama dan Akar Radikalisme

13 September 2016

Pendidikan Agama dan Akar Radikalisme

Sejak kematian pemimpin kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur, Santoso alias Abu Wardah, pada 18 Juli lalu, banyak pihak menilai hal itu sebagai keberhasilan ikhtiar negara menumpas akar-akar terorisme. Namun mungkinkah peristiwa tertembaknya seseorang dapat menjelaskan bahwa gerakan radikalisme di Indonesia telah berakhir?


Kiai di Kediri Sebut Pengeras Suara Saat Azan Hukumnya Sunah

4 Agustus 2016

Seorang pengungsi melakukan adzan saat berada di kamp pengungsian di Irbil, Irak (28/6). Para pengungsi ini melarikan diri karena kekerasan antara sektarian mengancam kawasan Timur tengah. AP/Hussein Malla
Kiai di Kediri Sebut Pengeras Suara Saat Azan Hukumnya Sunah

Ketua Asosiasi Pondok Pesantren Jawa Timur KH Reza Ahmad Zahid menegaskan, tak perlu kaku saat menggunakan pengeras suara ketika mengumandangkan azan.


Dosen UGM: Islam di Arab Saudi Itu Miskin Imajinasi

21 Juni 2016

Massa dari Hizbut Tahrir Indonesia berunjuk menentang kenikan BBM di Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Kamis (29/3). TEMPO/Prima Mulia
Dosen UGM: Islam di Arab Saudi Itu Miskin Imajinasi

Universitas Islam Indonesia menangkal masuknya ide-ide Hizbut Tahrir soal khilafah ke kampus.


Ben Anderson Rindu Gus Dur dan Menggilai TTS

22 Desember 2015

Profesor Benedict Anderson dari University of Cornell memberikan kuliah Umum di FIB UI, Jakarta, 10 Desember 2015. TEMPO/Frannoto
Ben Anderson Rindu Gus Dur dan Menggilai TTS

Ben Anderson ternyata suka mengisi TTS dan menghormati Gus Dur sebagai tokoh pluralisme.


Gaya Aa Gym Pakai Topi Koboi dan Kursus Berkuda di AS

12 Agustus 2015

AA Gym memberi tausiah pada pengajian Ramadhan bersama Bandung Hijabers Community di Masjid Al Ukhuwah, Bandung, Jawa Barat, 28 Juni 2015. TEMPO/Prima Mulia
Gaya Aa Gym Pakai Topi Koboi dan Kursus Berkuda di AS

Dalam Islam, berkuda adalah olahraga yang disunahkan dan didampingi malaikat.


Ibadah yang Dianjurkan pada Malam Nisfu Syakban  

1 Juni 2015

Seorang umat muslim mengikuti dzikir akbar bertepatan dengan malam Nisfu Sya'ban di Monas, Jakarta, Rabu (5/8). Dzikir akbar yang dihadiri wapres bertujuan untuk keselamatan bangsa. Tempo/Tony Hartawan
Ibadah yang Dianjurkan pada Malam Nisfu Syakban  

Ada yang menggunakan malam Nisfu Syakban untuk berdakwah. Bagaimana memaknainya?


Bagaimana Hukum Baca Yasin di Malam Nisfu Sya'ban?  

1 Juni 2015

REUTERS/Cheryl Ravelo
Bagaimana Hukum Baca Yasin di Malam Nisfu Sya'ban?  

Umat muslim disarankan memperingati Nisfu Syaban dengan ibadah yang tidak dipamerkan.