TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah menilai konsep proyek deep tunnel (terowongan bawah tanah) tidak bisa meniru model di Malaysia. Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto mengatakan pembangunan deep tunnel lebih cocok meniru model dari Jepang.
"Kemarin saya contoh model yang sudah ada di Malaysia, tapi kondisi Malaysia sangat jauh dengan kondisi di Indonesia," kata Djoko Kirmanto saat ditemui usai rapat koordinasi kemiskinan, di kantor Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Kamis, 10 Januari 2013.
Meskipun begitu, Djoko mengaku belum memutuskan desain deep tunnel dari negara mana yang akan dicontoh. "Jepang dan Amerika punya proyek deep tunnel. Tapi mana yang kita tiru belum tahu," ujarnya.
Untuk mengatasi banjir sekaligus mengurangi kemacetan, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo ingin membuat deep tunnel. Awal ide itu tercipta saat Jokowi melihat SMART, terowongan raksasa milik Malaysia. Proyek deep tunnel ini akan diadopsi oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mengatasi banjir.
Dalam pertemuannya dengan Jokowi pada Rabu lalu, Djoko mengaku telah menjelaskan permasalahan Jakarta, seperti akses Jalan Tol Tanjung Priok, Jalan Tol W2, dan banjir, termasuk tunnel. Untuk deep tunnel, pihaknya telah membentuk tim pembahasan teknis proyek ini bersama para ahli dari Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung, dan Institut Teknologi Surabaya.
Menurut Jokowi, pembahasan menyangkut biaya, penggunaan teknologi maupun infrastruktur. Namun, pihaknya belum mendapatkan kepastian seberapa jauh proyek ini bisa mengurangi banjir Jakarta. "Bangunnya mesti bisa, teknologi dari luar negeri, ahli-ahli dari luar negeri, asal ada uangnya pasti bisa," ujar Djoko.
Ia yakin proyek deep tunnel bisa dikerjakan tanpa bantuan asing. Pembangunan akan diupayakan melalui kerja sama antara Kementerian PU, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dan dukungan universitas sebagai pemberi pertimbangan.
Sementara deep tunnel ini masih dalam pembahasan, untuk menangani banjir Jakarta, Djoko berencana melakukan pemancangan tiang pertama atau groundbreaking proyek Jakarta Emergency Dredging Initiative (JEDI) pada Maret mendatang.
Pelaksanaan proyek JEDI diperkirakan akan rampung pada 2016 mendatang dengan estimasi pelaksanaan konstruksi dalam tiga tahun anggaran, yakni 2013 hingga 2016. "Jika semua itu terbangun, dapat mereduksi 20 titik banjir di Jakarta. Saat ini anggaran pinjaman dari Bank Dunia sudah turun. Tinggal pelaksanaannya saja," ujar Djoko.
Djoko menambahkan, paket kegiatan konstruksi yang dilaksanakan dalam program JEDI itu yakni penanganan wilayah Cengkareng Drain, Sunter Hilir, dan muara Kanal Banjir Barat.
ROSALINA