TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan mengatakan kenaikan harga gas elpiji 12 kilogram sebagai solusi untuk mengurangi subsidi pemerintah. Menurut Karen, kenaikan harga elpiji 12 kilogram merupakan upaya untuk menyaring konsumen, sehingga akan diketahui mana pengguna gas 12 kilogram dan mana pengguna gas 3 kilogram.
"Kami mengimbau masyarakat kelas menengah ke atas sadar diri, agar tidak menggunakan elpiji 3 kilogram, karena itu hanya dikonsumsi menengah ke bawah," kata Karen saat ditemui di Markas Besar TNI AD, Jakarta, usai menandatangani nota kesepahaman bakti sosial, Senin, 25 Februari 2013.
Karen menambahkan, pihaknya akan menyaring konsumen. “Kalau pengguna tidak difilter, subsidi pemerintah akan membengkak dan insfrastruktur tidak berkembang.”
Namun, menurut ekonom Ahmad Erani Yustika, kenaikan harga elpiji 12 kilogram bisa menjadi bumerang. Masyarakat menengah yang justru terkena dampak langsungnya. “Kenaikan harga gas pasti akan diikuti kenaikan harga makanan,” katanya.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti mengatakan sumbangan komponen elpiji 12 kilogram terhadap inflasi tidak terlalu terasa. Sebab, setiap harga BBM naik 10 persen, inflasi akan naik sekitar 0,5 persen sampai 0,7 persen. Kalau elpiji, setiap naik 10 persen, menyebabkan kenaikan inflasi sekitar 0,2 persen.
Yang perlu dikhawatirkan, menurut Destry, adalah dampak di masyarakat jika harga dinaikkan. Misalnya, penyimpangan gas bersubsidi dengan pengoplosan gas dari tabung 3 kilogram yang bersubsidi, dipindahkan ke tabung 12 kilogram yang nonsubsidi.
AYU CIPTA
Terpopuler:
Hasil Real Count KPU, Rieke-Teten Unggul 47 Persen
Pengamat: Anas Punya Kartu As Korupsi Kader PD
Begini Kalau Jokowi Dikerjai Istrinya
Din Syamsuddin: Anas Tak Mau Jadi Korban Sendiri
Selain Anas, KPK Mulai Bidik Nama Lain