TEMPO.CO, Semarang - Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan minta agar masyarakat Indonesia bisa mengkonsumsi sambal instan untuk menyiasati tingginya harga cabai. Usulan menteri ini terkait produksi cabai dalam negeri yang masih bergantung pada musim. "Sedangkan konsumsi cabai setiap hari tak mengenal musim," ujar Rusman saat menghadiri rapat koordinasi Dewan Ketahanan Pangan di Semarang, Rabu, 27 Maret 2013.
Menurut dia, tingginya harga cabai ini selalu terjadi hampir setiap tahun. Hal ini akibat pola masyarakat Indonesia yang terjebak dalam budaya konsumsi sambal yang selalu mengunakan cabai segar. "Ini menyangkut pola konsumsi juga," Rusman menambahkan.
Baca Juga:
Kelangkaan bahan pangan itu dinilai menyebabkan tingginya inflasi, yang nilainya mencapai 70 persen dibandingkan kebutuhan pokok di luar pangan. Ia berharap agar pola konsumsi itu bisa ditekan sebagai sikap pengendalian inflasi di daerah.
Selain menyinggung persoalan cabai, Rusman juga menilai kondisi masyarakat Indonesia sudah terjebak dalam pola monokultur dalam konsumsi bahan pokok makanan, yakni ketergantungan terhadap beras. Rusman menyebutkan, hal ini berbeda dibanding era sebelumnya, ketika masyarakat di daerah punya kebiasaan pemenuhan kebutuhan karbohidrat sesuai dengan kondisi alam. "Di Indonesia timur dulu mengkonsumsi sagu, jagung, dan umbi-umbian," katanya.
Ia juga menyayangkan pola konsumsi monokultur itu terbangun oleh kemajuan dan pergeseran budaya karena penggunaan bahan pangan, seperti sagu, tiwul, dan jagung, justru dianggap sebagai kelas bawah.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Harian Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah, Gayatri Indah Cahyani, telah mengupayakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan. "Program ini berhasil secara kuantitas, namun secara kualitas masih perlu ditingkatkan," ujar Gayatri.
Ia menyatakan, peningkatan itu meliputi upaya pemenuhan kebutuhan ikan dan pangan hewani serta umbi-umbian. Langkah itu dilakukan dengan cara optimalisasi pemanfaatan pekarangan, yang saat ini sudah diterapkan di 681 desa dan akan dikembangkan lagi di 772 desa.
EDI FAISOL
Topik Terhangat: Kudeta || Serangan Penjara Sleman || Harta Djoko Susilo || Nasib Anas
Berita Lainnya:
Firasat Buruk Pemindahan Tahanan Lapas Sleman
Penyerangan LP Sleman Terencana, Ini Indikasinya
BIN: Senjata Penyerang LP Sleman Bukan Standar TNI
Siapa Tak Trauma Lihat Serangan Penjara Sleman