TEMPO.CO, Bandung - Heri, 33 tahun, kakak kandung terduga teroris Cigondewah, Budi Syarif mengatakan, adiknya adalah anak kedua dari lima anak pasangan Suparman-Euis. Budi, 32 tahun, menghabiskan masa kecil dari SD sampai sekolah menengah atas di Banjaran. "Pendidikan terakhir Budi itu IAIN (Institut Agama Islam Negeri) Jakarta, lulus sekitar 2009," kata dia di rumah keluarga di Banjaran, Kabupaten Bandung, Jum'at 10 Mei 2013..
Dari istrinya, Ina asal Magelang, Budi dikaruniai 6 anak. Yang paling kecil, kata Heri, masih berusia kurang dari 5 tahun. Yang paling besar sudah sekolah kelas 2 Sekolah Dasar. "Istri dan anak-anaknya sampai sekarang tinggal di sini. Cuma Budi sendiri jarang pulang ke rumah. Dia selalu mengaku sedang usaha berdagang pakaian," tutur Heri.
Heri mengaku bertemu Budi sekitar dua pekan lalu, saat adiknya itu membelikan tas baru untuk anak-anaknya. "Secara pribadi, Budi orang baik. Tak ada yang aneh atau istimewa dari dia. Kami kaget waktu polisi menyatakan dia terlibat terorisme,"aku dia.
Heri mengaku tak terlibat kontak dengan Budi sebelum atau saat penyergapan teroris di Cigondewah oleh Densus 88 Rabu lalu. "Ketika kami tahu salah satu pelaku yang meninggal itu Budi kami sekeluarga benar-benar kaget. Ibu kami bahkan sampai pingsan. Waktu itu ibu sedang sakit dan satu anak Budi sedang sakit," kata dia.
Heri mengatakan kini keluarga tengah menunggu kabar dari Mabes Polri tentang kepastian hasil identifikasi jasad terduga teroris Cigondewah, termasuk salah satu yang diduga Budi. "Kami masih tunggu konfirmasi dari Mabes Polri,"kata dia.
Sri, salah satu tetangga rumah Suparman mengatakan, Budi sejak kecil tinggal bersama orang tuanya di rumah dua lantai dengan cat dominan warna krem itu. Namun ia mengaku tak mengenal dekat Budi. "Sering lihat Budi, tapi jarang bergaul. Waktu lihat di TV Budi terlibat terorisme saya sangat kaget, tidak menyangka,"kata dia.
Menurut Sri, saat penyergapan teroris di Cigondewah, beberapa polisi provos sempat menyatroni rumah orang tua Suparman. "Mereka menjemput Ina, istri Budi. Tapi saya lihat Ina sekarang sudah kembali ke rumah,"kata penghuni rumah nomor 59 ini.
Seperti diketahui, Budi alias Angga tewas tertembak bersama dua rekan sesama terduga teroris yakni Joned dan Sareme saat penyergapan di rumah kontrakan di Kampung Batu Rengat, Desa Cigondewah Hilir, Kabupaten Bandung, Rabu lalu. Mereka terpaksa ditembak Densus 88 karena terus melawan saat hendak ditangkap.
Tim Densus 88 Anti Teror dan Inafis Polda Jawa Barat menggeledah rumah orang tua terduga teroris Cigondewah almarhum Budi Syarif alias Angga di Gang Kelana Kampung Bojong Pulus RT 03/RW 04, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung, Jum'at 10 Mei 2013. Penggeledahan sejak sekitar pukul 10.30 WIB.
"Ini penggeledahan rumah Bapak Suparman, orang tua salah satu tersangka terorisme, BS, oleh Densus 88. Kami dari Polres Bandung hanya membantu pengamanan untuk kelancaran penggeledahan,"ujar Kepala Polres Bandung Ajun Komisaris Besar Ahmad Kemas Yamin di lokasi geledah, Jum'at 10 Mei 2013.
Pantauan Tempo, rumah target terletak di dalam Gang Kelana sekitar 100 meter dari Jalan Raya Banjaran-Batu Karut Arjasari. Penjagaan lebih seratus polisi sudah terlihat di persimpangan Jalan Raya Banjaran. Penjagaan polisi makin rapat di depan gang hingga rumah Suparman. Adik dan kakak Budi tampak menunggu di rumah tetangga.
Densus dan Inafis memeriksa kamar Budi di lantai 2 rumah. Penggeledahan berakhir sekitar pukul 12.40. Saat keluar rumah, tim antara lain membawa satu dus mi instan yang diduga beirisi bahan bukti. "Dari informasi yang kami terima, hasil geledah tim membawa beberapa dokumen, buku, dan compact disk. Tapi tak ditemukan bahan peledak di dalam rumah,"kata Yamin.
ERICK P. HARDI
Terhangat:
Teroris | Edsus FANS BOLA | Ahmad Fathanah | Perbudakan Buruh
Baca juga:
Ahok Kembali Tegaskan Konsep Jakarta Smart City
Kampung Deret Pertama Jokowi Ada di Petogogan
Ahok: Komnas HAM Tidak Paham Keadilan
Ahok: Pemprov Tak Perlu Datang ke Komnas HAM