TEMPO.CO, Jakarta - Mata uang dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melandai setelah rilis data klaim pengangguran di negeri Abang Sam tumbuh di bawah ekspektasi.
Sayangnya, meningkatnya permintaan dolar korporasi di dalam negeri membuat rupiah gagal memanfaatkan mengendurnya tekanan dolar untuk menguat lebih jauh. Hingga pukul 13.30 WIB, rupiah berada di level 12.128 per dolar AS.
Klaim pengangguran AS pada Desember dilaporkan hanya mengalami penurunan sebanyak 2 ribu orang. Publikasi tersebut akhirnya menambah optimisme bahwa kebijakan pemangkasan stimulus (tapering off) moneter tidak akan berjalan agresif.
Ekonom PT Samuel Sekurities, Rangga Cipta, menegaskan kurs dolar memang cenderung merespon negatif setiap data kinerja perekonomian AS yang tak sesuai dengan harapan. Sebab, pelaku pasar beranggapan kemunduran data tersebut merupakan sinyal bahwa perekonomian AS belum membaik sepenuhnya.
Kondisi tersebut semakin diperparah dengan laporan keuangan emiten bursa AS kuartal keempat yang terlihat kurang memuaskan. "Diharapkan, pelemahan kurs rupiah akan tertahan oleh turunnya indeks dolar di pasar uang," kata Rangga dalam analisa hariannya.
Hingga pukul 13.30 WIB, rupiah menguat tipis ke level 12.128 per dolar. Yen dan yuan juga menguat, masing-masing ke level 104,34 per dolar AS dan 6,05 per dolar AS. Hanya dolar Singapura yang terlihat melemah ke level 1,272 per dolar AS.
PDAT | M. AZHAR
Berita lain:
Loyalis Anas: Pemecatan Pasek Blunder Demokrat
Suap SKK Migas, KPK Geledah Rumah Sutan di Bogor
Pasek Dipecat sebagai Anggota DPR
Wawancara Lengkap Angel Lelga di Mata Najwa 2
Buka Rapat, Ani SBY Cari Juru Foto Istana